Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

"Betu" dan "Wonga" Anjing Kesayangan Kakek

12 November 2021   08:59 Diperbarui: 12 November 2021   09:09 291
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Persiapan untuk tradisi berburu di kampung Mengeruda (sumber: dokumentasi milik Bpk. Fransiskus Bani)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

Salah satu hewan peliharaan yang paling kami adalah sukai adalah anjing. Sepertinya bukan hanya keluarga kami saja, hampir semua keluarga yang ada di desa kami memelihara anjing. Hal ini karena anjing dianggap setia dan dipercaya sebagai penjaga rumah.

Tradisi berburu di kampung kami juga mempengaruhi jumlah piaraan anjing. Anjing dibawa serta untuk untuk kegiatan "berburu". Tradisi yang diwariskan turun temurun oleh nenek moyang kami. Tradisi berburu yang biasanya dilakukan disekitar bulan Oktober-November dan terjadi 1 kali dalam setahun.

Sekali pun disebut orang hobi berburu tidak berarti bisa lakukan turut suka. Hobi berburu ini biasanya disematkan pada orang-orang yang pandai berburu saat tradisi berburu tiba. Pandai berburu berarti seseorang bisa menangkap hasil buruan dengan cara melempar tombak tepat mengenai sasaran buruan. Biasanya yang diburu adalah rusa atau babi hutan. 

Persiapan untuk tradisi berburu di kampung Mengeruda (sumber: dokumentasi milik Bpk. Fransiskus Bani)
Persiapan untuk tradisi berburu di kampung Mengeruda (sumber: dokumentasi milik Bpk. Fransiskus Bani)

Pandai berburu juga disematkan pada orang-orang yang pandai menunggang kuda saat mengejar hewan buruan. Dan biasanya anjing diikutsertakan dalam perburuan karena penciuman yang tajam untuk melacak keberadaan hewan buruan. Setelah dilacak, babi hutan atau rusa pasti keluar dari hutan. 

Jangan membayangkan hutan di daratan Flores seperti di Kalimantan atau Sumatera. Hutan yang ada di Flores ada hutan Savana. Jadi, kalau babi hutan atau rusa keluar dari dalam hutan maka para pemburu akan mengejarnya. Tentunya dengan menggunakan kuda karena area sekitar Savana merupakan hamparan padang luas. Jadi cocok menggunakan kuda untuk mengejar babi hutan atau pun rusa.

Berdasarkan uraian singkat di atas, peran anjing dalam berburu sangat vital. Bagi orang yang hobi berburu, anjing seperti teman hidup. Sama halnya dengan almarhum Kakek saya. Masih ingat dalam benak penulis, di tahun 90-an kakek memiliki dua hewan peliharaan yang paling dicintai. Hewan peliharaan anjing yang diberi nama Betu dan Wonga.

Betu dan Wonga sering menemani kakek saat menggembala sapi di padang. Kesetiaan tersebut lamban-laun meningkatkan kepekaan masing-masing. Kakek sangat mengerti dengan kondisi kedua anjing nya tersebut dan anjing sangat mengerti dengan apa yang diinginkan kakek. Layaknya anjing yang setia kepada tuannya.

Setiap malam, kakek memasak makanan untuk hewan kesayangan tersebut. Makanan Betu dan Wonga berupa jagung "dititi" dimasak dengan campuran kulit daging buruan yang sudah diawetkan. Jagung yang "dititi" adalah jagung yang ditumbuk menggunakan batu. Jadi, kalau malam hari kesibukan kakek adalah menumbuk jagung. Tumbukan tersebut menghasilkan suara yang khas pada malam hari menjelang istirahat malam.

Jadi, jangan membayangkan seperti orang kota memperlakukan dan merawat hewan peliharaan. Tidak ada makan khusus untuk hewan peliharaan seperti anjing. Tidak ada rutinitas ke dokter hewan untuk memeriksa kesehatan Betu dan Wonga. Namun, kecintaan kepada hewan peliharaannya sangat luar biasa. Pokonya saling memahami keadaan masing-masing.

Betu dan Wonga memiliki kelebihan yang hanya dipahami oleh kakek. Dalam hal tertentu kakek selalu percaya dengan petunjuk yang diberikan oleh Betu dan Wonga. Beberapa hal yang menjadi kelebihan Betu dan Wonga menurut pengakuan kakek:

1. Mengetahui adanya kematian lebih awal

Menurut kakek, Betu dan Wonga sering kali memberikan tanda-tanda bahwa akan ada orang yang meninggal. Tanda-tanda isyarat tersebut sudah dipelajari oleh kakek sudah jauh-jauh hari. Pertanda yang diberikan tersebut tidak meleset dari apa yang sudah di perkirakan.

Suatu kali kami berkumpul di samping rumah pada malam hari. Tiba-tiba Betu dan Wonga mengeluarkan suara yang khas. Dalam bahasa daerah, suara yang dikeluarkan Betu dan Wonga itu disebut "noa". Kakek lantas berkata bahwa besok akan ada orang yang meninggal. Dan ternyata itu benar, bukan karena kakek memiliki indra keenam namun Betu dan Wonga yang memberikan tanda.

Sebenarnya suara "lako noa" (lako noa, lako = anjing, versi bahasa daerah) tersebut lazim dikeluarkan hewan seperti Anjing kala ingin kawin (menarik perhatian anjing betina). Namun, bagi Betu dan Wonga terkadang memberi tanda bahwa dalam waktu dekat akan ada duka.

Tanda khas tersebut apa bila Betu dan Wonga mengeluarkan suara "noa" tiga kali pada malam hari. Jika ada anjing lain yang menyahut "noa" dari Betu dan Wonga maka lingkungan sekitar anjing yang menyahut akan ada orang yang meninggal. Fenomena semacam ini sudah sering terjadi.

2. Mengetahui makanan yang layak untuk dimakan atau tidak

Keunikan Betu dan Wonga adalah tidak mau makan makanan dari sesama jenis anjing. Walaupun sudah dimasak dengan berbagai rempah, Betu dan Wonga tahu bahwa itu daging anjing. Setelah mencium daging yang diberikan, Betu dan Wonga akan tahu apakah itu daging anjing atau bukan.

Betu dan Wonga sepatutnya sayang terhadap sesama anjing. Sebab, menurut pengakuan kakek Betu dan Wonga tidak akan makan daging anjing sejak mereka masih kecil. Penulis pun pernah mencoba memberikan daging anjing yang sudah dimasak bumbu, namu saat diberikan, Betu dan Wonga tidak memakannya.

Peristiwa lain yang kami alami adalah ketika ada orang yang membawa daging mentah yang belum diolah. Orang tersebut merupakan tetangga rumah yang berdekatan. Ketika ditanya daging apa, jawab orang tersebut adalah daging babi  yang juga didapatkan dari acara hajatan dari kampung sebelah.

Kakek merasa ada yang aneh karena hari itu dikampung kami ada orang yang meninggal dan sudah dikuburkan. Tradisi kami sangat tidak etis membawa daging mentah ketika ada kematian. Maklum unsur-unsur mistis masih dipercaya oleh Kakek.

Kakek lantas menyuruh ibu menggoreng sepotong daging tersebut untuk Betu dan Wonga. Namun setelah diberikan, Betu dan Wonga tidak mau makan. Kakek menyuruh ibu untuk membuang daging tersebut karena menurutnya Betu dan Wonga tahu bahwa daging tersebut tidak layak untuk dimakan.

3. Sebagai pengingat yang baik

Betu dan Wonga adalah pengingat yang baik. Sering kali kakek lupa dimana ia menaruh barang. Betu dan Wonga memberikan petunjuk kepada kakek agar bisa menemukan barangnya. Beberapa kali kakek merasa sangat terbantu dengan kecerdasan Betu dan Wonga ini.

Selain sebagai pengingat, Betu dan Wonga sering kali memberikan tanda-tanda bahaya kepada kakek. Salah satu contoh memberikan tanda kalau disekitar nya ada ular atau binatang buas. Beberapa kali kakek pernah ditolong saat sedang menggembala sapi. Beberapa kali juga Betu dan Wonga digigit ular berbisa. Bagi kakek pengorbanan Betu dan Wonga sungguh luar biasa.

Kehilangan Hewan Kesayangan karena Diracun

Malam itu suasana di kampung meriah. Masyarakat sedang merayakan hajatan budaya "dero" (dero = tarian adat yang dibarengi dengan nyanyian berbalas pantun). Aktivitas masyarakat sangat sibuk karena hajatan dero tersebut.

Betu dan Wonga tiba-tiba loyo dan linglung. Dari dalam mulut keluar busa. Kakek berusia mengobati dengan akar-akar tanaman sebagaimana sering kali dilakukan kakek kala Betu dan Wonga sakit. Namun sayangnya, nyawa Betu dan Wonga tidak bisa tertolong.
Kakak berusaha mencari tahu apa penyebabnya. Dari dalam mulut Betu dan Wonga tercium bau racun tikus dan ikan asin. Kakek menyimpulkan kalau Betu dan Wonga mati karena keracunan.

Kematian Betu dan Wonga membuat kakek merasa kecewa. Kakek kecewa karena harus kehilangan hewan kesayangan dengan cara diracun oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Hari-hari kakek tidak lagi ditemani Betu dan Wonga. Sekian.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun