Mohon tunggu...
Eduardus Fromotius Lebe
Eduardus Fromotius Lebe Mohon Tunggu... Dosen - Penulis dan Konsultan Skripsi

Menulis itu mengadministrasikan pikiran secara sistematis, logis, dan dapat dipertanggungjawabkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

"Menanti Runtuhnya Sekolah Swasta di Bumi Flores"

21 September 2021   08:06 Diperbarui: 21 September 2021   10:24 387
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah (sumber: www.brillio.net)

Oleh. Eduardus Fromotius Lebe

(Penulis, Dosen & Konsultan Skripsi)

Sepintas judul tulisan yang diangkat kali ini sangat subyektif serta terkesan konfrontatif. Dalam tinjauan pembaca mungkin judul ini terkesan berlebihan dan mengada-ngada. Sebab melihat realitas yang ada, kualitas sekolah-sekolah swasta di daratan flores masih jauh di atas sekolah-sekolah negeri. Penulis sepakat bahwa hal terebut bukan hanya asumsi pembaca tanpa data. Namun banyak data menunjukan bahwa sekolah swasta mendapat apresiasi tinggi terutama sekolah swasta di bawah naungan Gereja. Bagi pembaca, realitas dan fakta-fakta tersebut menjadi pijakan argumentasi untuk mengcounter judul tulisan ini.

Sebagai penulis, saya sama sekali tidak membantah persepsi pembaca terhadap realitas saat ini. Di balik tingginya apresiasi publik terhadap sekolah swasta, ada catatan yang mecengangkan yaitu ada trend penurunan jumlah sekolah swasta akibat penutupan sekolah di berbagai pelosok. Selain itu, terjadi penuruan kualitas sekolah swasta di tengah pembenahan sekolah negeri yang semakin masif.

Fenomena ini sebagai gambaran awal untuk membenarkan sebagian tesis yang dibangun oleh penulis. Perlu diakui bahwa dalam jangka panjang eksistensi sekolah swasta di Dataran Flores mendapat tantangan yang luar biasa. Untuk konteks sekarang, sekolah swasta di Flores masih mendapat tempat di hati masyarakat bila di bandingkan dengan di Jawa.  Setidaknya ada beberapa alasan untuk mendeskripsikan kekuatan sekolah swasta pada konteks sekarang.

Kekuatan Sekolah Swasta di Flores pada Konteks Sekarang.

Kekuatan sekolah swasta di Flores pada konteks sekarang ini di pengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi kekuatan sekolah swasta antara lain kepercayaan masyarakat yang tinggi. Selain itu,   faktor internal meliputi tata kelolah sekolah, kekuatan finansial (biaya operasional), dan kualitas pengajar serta output sekolah. Berikut ini deskripsi singkat kekuatan sekolah swasta tersebut.

Pertama, sekolah swasta mendapat kepercayaan masyarakat. Secara umum masyarakat Flores menggantungkan pilihan untuk menyekolahkan anak-anak mereka pada figur yang mereka percayai. Sebagai contoh orang tua mendaftarkan anak ke sekolah swasta karena kepala sekolahnya seorang Romo (Pastor), Suster atau seorang tokoh yang memiliki kedekatan emosional. Kepercayaan masyarakat ini di dukung dengan keyakinan bahwa figur-figur tertentu secara historis telah menghasilkan output yang sukses bekerja di berbagai jabatan tertentu. Hal ini di dukung oleh keberadaan tokoh-tokoh yang mengisi jabatan seperti dokter, polisi, kepala dinas dan politisi merupakan alumnus dari sekolah-sekolah swasta yang ada di flores.

Kedua, eksistensi Sekolah Negeri yang kurang kompetitif. Keberadaan Sekolah Negeri di Daratan Flores belum menunjukan performa terbaik. Jika dibandingkan dengan Sekolah Negeri di Daratan Jawa yang jauh lebih kompetitif, keberadaan Sekolah Negeri di Flores seperti hanya ingin  memenuhi kuota sekolah di suatu wilayah. Hal ini bisa dibuktikan dengan operasional sekolah yang ala kadarnya serta fasilitas Sekolah Negeri yang masih jauh dari harapan.

Uraian di atas tidak sedang mendeskreditkan sekolah negeri, penulis berusaha mengungkapkan pendapat yang berbeda tentang tata kelolah Sekolah Negeri di bumi Flores. 

Hal lain yang menjadi temuan penulis adalah masih banyak sekolah negeri di Daratan Flores yang berakreditasi C. Hal ini menunjukan bahwa ada kesenjangan tata kelolah di sekolah negeri bila di bandingkan dengan sekolah swasta. 

Buruknya tata kelolah sekolah berdampak pada menurunnya hasil belajar siswa. Mayoritas siswa yang mendapatkan nilai Ujian Nasional (UN) tertinggi berasal dari sekolah swasta. Pada titik ini, kelemahan sekolah negeri ini secara tidak langsung menjadi kekuatan bagi sekolah swasta.

Ketiga, sekolah swasta memiliki jaringan alumni yang kuat. Perlu diakui bahwa jaringan alumni sekolah swasta yang ada di Flores cukup baik dan berdomisili hampir di setiap tempat. 

Penulis sendiri merupakan tamatan dari sekolah swasta St. Klaus Kuwu-Manggarai yang saat ini tergabung dalam Ikatan alumni Santu Klaus yang berdomisili di malang yang lebih di kenal dengan ISANKLAS-Malang. 

Masih banyak lagi ikatan Alumni St Klaus yang berdomisili di Surabaya, Jogjakarta, Jakarta, Kupang, Makasar sehingga membentuk jaringan komunikasi yang kuat. Inilah salah satu contoh keberadaan alumni sekolah swasta yang ada di Flores.


Organisasi alumnus sekolah swasta di Daratan Flores lebih eksis ketimbang Sekolah Negeri yang ada Daratan Flores. Kekuatan jaringan alumni tentu berdampak positif terhadap citra sekolah swasta. 

Berbagai kegiatan yang dilakukan oleh para alumni sekolah ke desa-desa secara langsung telah mempromosikan sekolah. Dengan demikian, eksistensi sekolah swasta mendapat tempat di hati masyarkat.

Keempat, sekolah swasta masih mempertahankan boarding school. Mayoritas orang tua menginginkan anak-anak mereka sekolah di tempat yang memiliki asrama. Kekhawatiran orang tua ini bukan tanpa sebab, oleh  karena mereka berpikiran bahwa di asrama ada yang mengontrol anak-anak mereka. 

Ada pula sekolah yang mewajibkan seluruh siswa untuk berasrama seperti seminari-seminari, sekolah SMP-SMA st.Klaus Kuwu dan SMP Kartini Mataloko. Tentu bagi orang tua yang menginginkan anaknya berasrama maka sekolah-sekolah tersebut menjadi pilihan. 

Kalau mau ditelisik lebih jauh, sekolah yang memiliki asrama sendiri mayoritas adalah sekolah swasta. Untuk sekarang sekolah mempertahankan boarding school masih menjadi favorit bagi sebagian besar orang tua.

Tantangan Sekolah Swasta di Masa Depan

Selain kekuatan tersebut, ada juga tantangan yang akan dihadapi oleh sekolah swasta di masa depan. Jika tidak dikelola secara baik, maka sekolah swasta di daratan Flores akan tinggal kenangan. Nama besar sekolah swasta hanya akan menjadi bagian dari perjalanan sejarah peradaban masyarakat Flores. Sebab, kita akan menyaksikan bangunan tua dan lusuh karena tidak bertahan bersaing dengan sekolah-sekolah negeri.

Pertama, ketahanan finansial. Operasional sekolah tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Kekuatan finansial penting untuk menjalankan tata kelola sekolah. Sekolah tanpa uang itu bohong, sebab siapa yang mau bekerja tanpa digaji. Sumber finansial utama sekolah swasta adalah siswa. Tidak mengherankan bahwa sekolah swasta di daratan Flores rata-rata memungut biaya yang cukup besar.

Selain dari siswa, sumber finansial berasal dari pemerintah berupa dana biaya operasional sekolah (BOS). Namun, sering kali dana tersebut tidak cukup untuk memenuhi pembiayaan seluruh proses pendidikan di suatu sekolah. Sepengetahuan penulis, pihak swasta memiliki kerja sama dengan pihak lain sebagai donatur utama untuk membantu agar ketahanan finansial tetap survive.

Jika demikian, apa masalahnya? Permasalahannya adalah pemasukan sekolah swasta sangat bergantung pada jumlah (kuantitas) siswa. Jika sekolah kekurangan siswa maka secara langsung berdampak pada pemasukan sekolah yang semakin menurun. Sebab, penulis meyakini bahwa keinginan orang tua menyekolahkan anak-anaknya di sekolah swasta cenderung menurunkan bila ada sekolah negeri yang murah dengan biaya yang murah.

Awal dari kehancuran sekolah swasta adalah kekurangan siswa. Kekurangan siswa berdampak pada ketahanan finansial serta mendegradasi kualitas sekolah swasta. Ini juga yang dialami oleh sekolah swasta di Jawa. Sekolah swasta  tidak bertahan di tengah meningkatnya kuantitas dan kualitas sekolah negeri. Sebaik-baik nya donatur dalam membiayai sekolah tentu juga memperhatikan kualitas sekolah. Donatur pasti akan meninggalkan sekolah yang tidak memiliki kemampuaan management yang baik terutama dalam mempertahankan kualitas sekolah.

Kedua, kuantitas dan kualitas sekolah negeri yang mendapat perioritas utama pemerintah. Sering dengan gencarnya program-program pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan termasuk mendirikan sekolah negeri di desa-desa serta meningkatkan kualitas sekolah tentu menjadi tantangan sendiri bagi sekolah swasta. Bagaimana tidak, kemudahan siswa mengakses ke sekolah negeri akan berdampak pada menurunnya minat siswa mendaftarkan diri ke sekolah swasta.

Sorotan lain adalah kualitas sekolah swasta yang kecenderungan stagnan tanpa ada progres visi misi yang jelas. Ketidakjelasan ini dapat kita lihat dari arah visi sekolah swasta yang tidak memiliki target yang jelas. Sekolah swasta tidak boleh terlena dengan status quo dan harus belajar dari pengalaman sekolah swasta yang bertahan (eksis) di pulau Jawa. Sekolah swasta yang tetap eksis ini memiliki target jelas mengenai  capaian sekolah di tahun yang akan datang. Sebagai contoh visi sekolah yang dicanangkan adalah "Tahun 2030 siswa Menguasai Pembelajaran Berbasis Digital". Sekolah memiliki target yang jelas sehingga langkah-langkah strategis diambil sesuai dengan harapan.

Ketiga, populasi siswa yang homogen. Mayoritas siswa beragama Katolik tidak berarti selalu berkolerasi terhadap tingginya minat siswa mendaftar di sekolah swasta terutama sekolah Katolik. Alasan mendaftar di sekolah swasta karena akan bertemu teman seiman tentu tidak berlaku bagi siswa yang agamanya adalah mayoritas di suatu wilayah. Sebagai contoh: siswa Katolik di Flores mendaftar diri ke sekolah swasta Katolik karena alasan ingin ketemu dengan teman seiman tidaklah mungkin, toh di sekolah negeri pun hampir mayoritas beragama Katolik.

Tentu karena ada alasan yang lebih rasional dari pada sekedar bertemu teman seagama. Atau hanya sekedar melihat visi mengembangkan iman Katolik yang lebih baik, padahal sekolah negeri juga akan memperlakukan hal yang sama seiring dengan keadaan siswa Katolik yang mendominasi. Pilihan ke sekolah swasta karena kualitas sekolah saat ini baik bila dibandingkan dengan sekolah negeri. Tentu akan berbeda cerita jika sekolah negeri ke depan sudah baik serta biaya yang lebih murah. Dengan sendirinya ada  kecenderungan siswa akan beralih ke sekolah negeri.

Ini bukan sekedar prediksi atau hipotesa dari penulis. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi siswa atas  pilihan sekolah adalah kelengkapan fasilitas sekolah, program kerja sekolah, serta kualitas pengajar. Ketergantungan pilihan sekolah pada figur tertentu lambat laut akan hilang. Orang tua tidak lagi melihat siapa kepala sekolah nya, siapa gurunya secara individual melainkan kekuatan management secara komprehensif. Penulis melihat kekuatan ini berada pada sekolah negeri karena memiliki jaringan serta program-program yang terukur.

Keempat, kualitas dan kesejahteraan guru. Kualitas dan kesejahteraan guru merupakan isu utama serta menjadi tantangan besar bagi sekolah swasta. Kualitas selalu beriringan dengan kesejahteraan, sebab kesejahteraan guru yang baik tentu akan meningkatkan kualitas kerja di sekolah. Lagi-lagi kesejahteraan guru swasta sangat bergantung pada siswa. Sekali pun ada berbagai tunjangan sertifikasi untuk guru swasta namun itu tidak mudah bagi guru untuk mendapatkannya.

Di lain pihak, arah kebijakan penarikan guru berstatus aparatur sipil negara (ASN )dari sekolah swasta ke sekolah negeri menjadi tantangan tersendiri. Hal itu berarti mayoritas guru yang mengajar disekolah swasta adalah tenaga honorer atau swasta. Ini akan menyulitkan sekolah swasta dari segi pembiayaan gaji guru. Secara langsung juga berdampak pada kualitas sekolah swasta. Ditariknya guru berstatus ASN ini akan mengurangi performa kerja sekolah swasta.

Jika ada yang meragukan pendapat penulis ini silahkan saja. Namun perlu diketahui secara formal tidak dibenarkan seseorang mengajar (menjadi guru) bukan kompetensinya. Sarjana filsafat mengajar sejarah, sarjana Teologi mengajar bahasa Indonesia, sarjana sumber daya kelautan mengajar IPA adalah keadaan yang masih sering kali kita jumpai di beberapa sekolah swasta. Bukan soal cerdas, bukan soal bisa atau tidak, tapi pengembangan ilmu pengetahuan dalam proses pembelajaran memiliki corak yang berbeda dengan disiplin ilmu lain.

Untuk saat ini dianggap biasa saja mengingat guru-guru semacam ini dikenal cerdas. Tentu keadaan ini akan berbeda dikalangan akademisi pendidikan. Salah satu dosen pembimbing Thesis saya pernah menjadi tim asesor di salah satu sekolah swasta di Flores. Beliau menceritakan bahwa ada salah satu sekolah swasta yang mempekerjakan seorang biarawati (suster) yang tidak memiliki latar belakang guru mengajar bahasa Indonesia. Bagi seorang asesor beliau mengatakan itu sangatlah tidak benar walaupun dikenal cerdas atau merepresentasikan "iman" agama tertentu. Penilaian kualifikasi akademik menjadi prioritas utama bagi seorang pendidik bukan sekedar ketokohan.

Beberapa tantangan di atas tidak bisa dianggap sepele. Jika tidak ditangani secara benar maka semakin dekat kita melihat keruntuhan sekolah swasta. Sebab, ada sekolah yang dahulu pernah besar kini tinggal kenangan. Inilah pelajaran penting untuk otoritas sekolah yang mengelola sekolah swasta. Walaupun demikian, sekolah swasta harus tetap eksis dengan corak yang khas sehingga tetap menghasilkan generasi penerus yang kompeten dan profesional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun