Mohon tunggu...
Eduard Nautu
Eduard Nautu Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

Menikmati hidup.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melukis Cerita, Meretas Harap, Mari Teruskan

24 Februari 2023   22:09 Diperbarui: 24 Februari 2023   22:34 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tulisan ini sebagai pengingat atau alarm ketika kita menjadi lelah dalam perjalanan.

Sebuah kisah tentang perjalanan pulang, bertempat di Desa Oh Aem, tepatnya GMIT Imanuel Oh Aem, lokasi kegiatan Komisariat Salomo, GMKI-Kupang.

Awal kisahnya seperti ini.

Kami hadir untuk mengikuti pembukaan kegiatan, meskipun ada drama sebelum keberangkatan karena miskomunikasi terkait lokasi kegiatan.

Singkat saja selesai pembukaan kegiatan, beberapa orang teman Pengurus turut serta menemani malam itu.

Malam panjang yang melelahkan, dan hampir tidak cukup tidur.

Pagi-pagi benar, kami dan beberapa teman didampingi Bapa pendeta sebagai inisiator perjalanan, Bapa Man, dan adik She, anak perempuannya sebagai penuntun dan penunjuk arah.

Kami akan melakukan perjalanan melihat dan menikmati indahnya tempat pemandian air panas, hasil cerita semalam, yang memancing rasa penasaran.

Sekali lagi kisah ini tentang kami (saya dan dia, seorang yang hari ini adalah partner terbaik untuk berdebat).

Sebuah pengalaman dan saya anggap sebagai penanda bagi kami tentang perjalanan yang akan kami lalui ke depan.

Perjuangan menuju tempat pemandian air hangat yang berlokasi di Amfoang Selatan tepatnya di Desa Oh Aem (lokasi kegiatan). Inspirasi perjalanan pulang menjadi tujuan tulisan ini.

Semangat pagi yang membara, kami bergegas berangkat menuju ke lokasi.

Pagi menjemput dengan semarak dan riuh, aroma sederhana perkampungan yang jauh dari internet dan semua hiruk pikuk kota yang melelahkan.

Kami bergegas menuruni jalan alternatif yang curam dan menantang adrenalin. Jarak tempuh yang sangat jauh, berkelok, dan licin membuat lutut gemetar karena kami berjalan kaki. Jalan tidak memungkinkan untuk dilewati kendaraan (sepeda motor), karena jika kurang berhati-hati bisa terpeleset.

Meskipun berjalan kaki, itu tidak menyurutkan semangat kami. Dengan tubuh yang lelah dan kaki yang gemetaran karena menahan berat badan, akhirnya kami sampai ke lokasi pemandian.

Masih sangat alami, aroma khas belerang seperti berucap selamat datang, dan uap panas yang dihasilkan adalah pemandangan yang indah serta memberikan kepuasan tersendiri bagi kami. Kelelahan kami terbayar dengan pemandangan di depan yang menakjubkan.

Berfoto tentu adalah ritual yang tak boleh dilewatkan dari perjalanan ini. Dilanjutkan dengan mandi air hangat alami. Tak bisa saya gambarkan bagaimana segarnya menikmati air hangat alami dari alam di pagi itu.

Beberapa waktu setelah mandi, tempat ini seperti memaksa kami untuk tidak beranjak. Sayangnya, kami harus pulang sebelum siang.

Perjalanan pulang memberi kesan tersendiri dari kisah ini.

Kita memang sedang melakukan perjalanan pulang yang sesungguhnya dalam hidup. Saya akan selalu mengenangnya sebagai pelecut semangat bagi kami dalam melukis kisah ini.

Kami semua bergegas pulang. Jika perjalanan menuju ke tempat pemandian curam dan menukik tajam maka perjalanan pulang adalah antitesisnya.

Dalam perjalanan pulang itu kami berdua terpisah dari beberapa teman, dan kemudian perjalanan ini seperti bagian kisah dari kami berdua.

Malam yang dilewati tanpa tidur yang cukup, dan memang bukan hal baru bagi kami apabila berkegiatan. Malam berlalu dengan diskusi, "ngalur-ngidul", dan semua aktivitas yang memaksa mata enggan terpejam. Jelang pagi adalah waktu ideal untuk tidur. Belum cukup tidur, pagi menjemput sesuai janji, dan kami memaksakan diri berjalan kaki ke tempat pemandian air hangat untuk mandi dan berendam.

Perjalan pulang seperti kisah tersulit yang pernah kami alami karena beberapa faktor tadi.

Masing-masing berjalan dengan kemampuannya.
Kami berdua berjalan bersama.

Sesekali beristirahat. Saya mendengar keluhannya tentang letih, lesu, lelah, dehidrasi, pusing karena kurang tidur, serta kehabisan tenaga. Semuanya menjadi bagian dari kisah menuju pulang.

Seperti inilah ketika kami memutuskan berjalan bersama-sama, masing-masing menjadi tempat berkeluh, tapi perjalanan harus tetap dilanjutkan.

Saya harus menjadi paling kuat dalam perjalanan ini. Tak ada keluh, sesekali menarik napas sembari memberikan harapan bahwa sebentar lagi kami akan sampai.

Perjalanan panjang yang sarat makna.
Mendapatkan tempat dalam hati kami dan memberi kesan bahwa akan seperti inilah jalan yang kami lewati menuju puncak.

Kami sedang palam perjalanan pulang. Ribuan kisah membentang menunggu untuk kami taklukkan.

"Kekasih, aku di belakangmu memberi dorongan, di depan menarikmu, dan tepat di sampingmu, untuk tetap berjalan. Tetap bergerak meskipun perlahan, jangan terlalu lama mengambil waktu istirahat, karena dengan terus bergerak kita akan sampai ke tujuan." Seperti itu kira-kira, tugas saya sebagai seorang kekasih serta merangkap sebagai motivator.

Terekam baik dalam memori kami.

Perjalanan yang hampir membuat kami putus asa, haus bahkan hampir dehidrasi, membuatnya memutuskan berhenti dan enggan melanjutkan perjalanan.

Kami beristirahat. Saya seperti kehabisan kata-kata motivasi. Namun, semesta memang selalu adil. Ternyata tidak jauh dari tempat kami berhenti, ada mata air.

Setelah saya memastikan air bisa diminum, kami mengambil beberapa teguk, langsung dari potongan bambu yang dijadikan seperti pipa air oleh masyarakat setempat, sebagai pelepas dahaga. Meskipun untuk menuju ke mata air itu tubuhnya harus saya bopong, benar-benar seperti oasis bagi kami yang lelah dan hampir putus asa. Air paling segar yang pernah kami rasakan. Tidak ada air sebelumnya yang sesegar air alami ini.

Kami seperti mendapatkan suntikan kekuatan baru untuk melanjutkan perjalanan. Seperti bukan hal rumit untuk menaklukkan perjalanan ini.
Satu soal terselesaikan.
Seperti biasa tugas sebagai motivator tentu saja menjadi bagian saya, terus memberikan semangat disertai keyakinan bahwa sebentar lagi kita akan sampai.

Ternyata bapa pendeta menunggu kami, bersama-sama adik She, dan juga Bapa Man sendiri.
Bersama-sama kami melangkah melanjutkan perjalanan pulang. Adik She mendapatkan mandat untuk mengawal kami.

Meskipun seperti mendahului dan meninggalkan kami bapa pendeta selalu menunggu dan menemui kami tepat di ujung dari perjalanan untuk beristirahat sejenak sembari mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan.
Kisah ini mendapatkan tempat tersendiri dalam hati kami berdua, ditambah kisah sembunyi yang sementara kami lakoni, menjadi warna tersendiri waktu itu.

Ada pesan dan makna yang coba saya petik untuk perjalanan pulang yang penuh drama. Seperti yang Weber katakan bahwa manusia adalah makhluk pencari makna saya menemukan makna dalam perjalanan pulang.

Kita juga sementara dalam perjalanan pulang kekasihku, setelah memutuskan melihat indahnya cinta, kita harus pulang.

Ada begitu banyak hal yang menunggu, seperti dehidrasi, kehabisan tenaga, kecapean, keinginan menyerah dan tantangan lainnya.

Satu yang harus kamu ketahui kekasihku, ketika kita kehausan akan ada mata air yang semesta sediakan sebagai bekal perjalanan. Perjalanan harus ditaklukan untuk sampai pada tujuan.

Terus bergerak meski tidak terlalu cepat, karena bergerak membuat kita mendekati tujuan.

Jangan lupa ada Bapa pendeta yang akan mendampingi dan menunggu kita di setiap persimpangan. Ia memberikan penanda agar kita tidak tersesat (seperti itulah Bapa).

Kita hanya perlu bersama, saling memberi semangat dan menguatkan dalam perjalanan ini. Jalan masih panjang, mari teruskan dan taklukan setiap tantangan.

Mengutip lagu You'll Never Walk Alone yang adalah karya milik Gerry and The Pacemakers.

Lirik Lagu ini sangat populer bagi penggemar Liverpool. Fans The Reds diketahui menyanyikan lagu 'You'll Never Walk Alone' bersama saat klub kesayangannya bermain di kandang, Anfield Stadium.

When you walk through a storm
Hold your head up high
And don't be afraid of the dark

At the end of a storm
There's a golden sky
And the sweet silver song of a lark

Walk on through the wind
Walk on through the rain
For your dreams be tossed and blown

Walk on, walk on
With hope in your heart
And you'll never walk alone

You'll never walk alone

Walk on, walk on
With hope in your heart
And you'll never walk alone

You'll never walk alone

Kami tiba di ujung perjalanan dengan perasaan lega. Ada kepuasan tersendiri, ternyata seperti ini rasanya menaklukkan perjalanan. Mari kita taklukan perjalanan ini Kekasih.

Catatan penuh kasih.
Jakarta, 24 Februari 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun