Kami beristirahat. Saya seperti kehabisan kata-kata motivasi. Namun, semesta memang selalu adil. Ternyata tidak jauh dari tempat kami berhenti, ada mata air.
Setelah saya memastikan air bisa diminum, kami mengambil beberapa teguk, langsung dari potongan bambu yang dijadikan seperti pipa air oleh masyarakat setempat, sebagai pelepas dahaga. Meskipun untuk menuju ke mata air itu tubuhnya harus saya bopong, benar-benar seperti oasis bagi kami yang lelah dan hampir putus asa. Air paling segar yang pernah kami rasakan. Tidak ada air sebelumnya yang sesegar air alami ini.
Kami seperti mendapatkan suntikan kekuatan baru untuk melanjutkan perjalanan. Seperti bukan hal rumit untuk menaklukkan perjalanan ini.
Satu soal terselesaikan.
Seperti biasa tugas sebagai motivator tentu saja menjadi bagian saya, terus memberikan semangat disertai keyakinan bahwa sebentar lagi kita akan sampai.
Ternyata bapa pendeta menunggu kami, bersama-sama adik She, dan juga Bapa Man sendiri.
Bersama-sama kami melangkah melanjutkan perjalanan pulang. Adik She mendapatkan mandat untuk mengawal kami.
Meskipun seperti mendahului dan meninggalkan kami bapa pendeta selalu menunggu dan menemui kami tepat di ujung dari perjalanan untuk beristirahat sejenak sembari mengumpulkan tenaga untuk melanjutkan perjalanan.
Kisah ini mendapatkan tempat tersendiri dalam hati kami berdua, ditambah kisah sembunyi yang sementara kami lakoni, menjadi warna tersendiri waktu itu.
Ada pesan dan makna yang coba saya petik untuk perjalanan pulang yang penuh drama. Seperti yang Weber katakan bahwa manusia adalah makhluk pencari makna saya menemukan makna dalam perjalanan pulang.
Kita juga sementara dalam perjalanan pulang kekasihku, setelah memutuskan melihat indahnya cinta, kita harus pulang.
Ada begitu banyak hal yang menunggu, seperti dehidrasi, kehabisan tenaga, kecapean, keinginan menyerah dan tantangan lainnya.
Satu yang harus kamu ketahui kekasihku, ketika kita kehausan akan ada mata air yang semesta sediakan sebagai bekal perjalanan. Perjalanan harus ditaklukan untuk sampai pada tujuan.
Terus bergerak meski tidak terlalu cepat, karena bergerak membuat kita mendekati tujuan.
Jangan lupa ada Bapa pendeta yang akan mendampingi dan menunggu kita di setiap persimpangan. Ia memberikan penanda agar kita tidak tersesat (seperti itulah Bapa).