Salah seorang menjawab,"Sesuai formulir kehadiran dan data pemilih, hadir 80 orang dari total 100 orang pemilih,Pak."
"Kalau begini, pasti akan dilakukan pemilihan ulang. Harus rembuk lagi jadwalnya dengan warga agar bisa hadir semua,"ujar Balud kepada Pak Sangga dan Panitia Pemilihan berjumlah empat orang yang masih menjaga seorang terduga pelaku dalam posko keamanan.
"Ini diluar dugaan saya, memang ada laporan masuk dugaan serangan fajar sebelum pencoblosan. Â Masih digali dan diselidiki oleh tim kami. Ternyata bak disambar petir di tengah hari bolong, ada rekayasa golput seperti ini!" ujar Balud sambil menutupnya dengan helaan nafas berat.
" Kok Golput Mas Balud ? sahut Pak Sangga
" Seperti Golput jadinya. Golput itu sesungguhnya muasalnya para pemilih yang hadir dan ikut mencoblos namun merusak kertas suara pada lembaran putih luar bukan pada tempat semestinya.Â
Kalau yang tidak hadir atau tidak dapat memilih karena syarat administrasi seperti tidak punya kartu pengenal atau surat keterangan atau tidak terdaftar sebagai pemilih. Nah ini semuanya sama golongannya yaitu tidak partisipasi atau abstain. Bukan Golput seperti pengertian ngawur saat ini.Â
Dalam pemilihan seperti ini, cuma ada dua gaungnya yaitu memilih (voting) atau tidak memilih (abstain). Contohnya, hari ini sesuai data panitia: 80 orang memilih, 20 orang abstain. Jadi tingkat partisipasi 80 %, abstain atau yang dingawurkan sebagai golput 20%, papar Balud"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H