Kebutuhan uap turbin untuk membangkitkan 1 KiloWatt adalah 25 Kilogram Uap per Jam. Maka dengan konsumsi 1.020 KiloWatt butuh persediaan uap sebesar 25.500 kilogram.
Uap sisa dari turbin hanya sebesar 25.500 kilogram sedangkan uap proses membutuhkan 33.000 kilogram. Selisih uap senilai 7.500 kilogram inilah yang akan diperlengkapi dengan rekayasa teknik yang namanya BPV diatas.
Kesimpulan dengan kapasitas PKS 60 Ton TBS per jam diperlukan bahan bakar yang banyak tersedia yang dalam proses keseluruhan secara seimbang diperlukan 2 unit Boiler kapasitas 20 Ton dan juga sitem make-up steam.
Secara praktik untuk pemakaian Boiler yang efisen maka sebaiknya beban Boiler harus sesuai dengan kapasitas desain yakni 85 % dari MCR (Maximum Continuos Rating). Artinya sebaiknya memilih Boiler tidak pas-pasan atau mepet antara kapasitas beban operasi dan kapasitas desain. Bila kapasitas operasi Boiler seperti contoh diatas adalah 2 Unit dengan 20 Ton per jam, untuk kesinambungan jangka panjang sebaiknya dipasangkan sedikit lebih besar kapasitasnya seperti Boiler kapasitas 25 Ton per jam sebnayak 2 unit guna memenuhi norma 85% dari MCR.
Kemudian sebagai nara sumber pembanding untuk potensi produk turunan dari kelapa sawit dipaparkan oleh praktisi ahli dari Surya Dumai  Group, bang Edward Silalahi yang saat ini menjabat sebagai Mill Director First Resources Ltd. Paparan singkat yang bernas disampaikan oleh bang Edward Silalahi yakni produk turunan yang bernilai jual tinggi telah banyak dipasarkan di seluruh dunia bisa menjadi inspirasi peluang usaha bagi anak bangsa Indonesia. Produk turunan buah kelapa sawit yang dimaksud adalah menjadi produk bahan baku kosmetik, bahan produksi lilin, bahan pangan, pelumas dan bahan bakar.
Selanjutnya pada sesi tanya jawab seputar harga normal TBS dari petani, pemilihan permesinan dengan merek yang beredar di Indonesia hingga nilai penghasilan dari berusaha kebun kelapa sawit secara perseorangan maupun korporasi serta peluang energi di hilir industri kelapa sawit entah itu pembangkit listrik atau pun energi terbarukan antara narasumber dengan peserta talkshow.
Sarjana Teknik Mesin dalam Dunia Wirausaha
Tak dapat dipungkiri bahwa secara aktual kemajuan perekonomian suatu negara salah satu faktornya adalah meningkatnya angka populasi pelaku usaha atau pengusahanya. Â Secara ideal, rasio pengusaha terhadap jumlah penduduk untuk menjadi negara maju adalah di atas 5 %. Indonesia saat ini hanya sekitar 1,65 % masih jauh dari negara tetangga. Singapura sebesar 7 persen, Malaysia sebesar 5 persen dan Thailand sebesar 4 persen.
Bergerak dari keinginan untuk memajukan kehidupan masyarakat Indonesia untuk berani berkarya melalui jalur wirausaha dengan mengedepankan konten atau produk lokal yang berdaya saing tinggi di lokal maupun global. Pengurus IKATM-USU Jabodetabek menginisiasi pembentukan kelas mentoring bisnis dan kuliah umum untuk para alumni guna mentransfer keterampilan dan mental pengusaha dan profesional kepada para mahasiswa maupun sarjana Teknik Mesin USU, yang rencananya dalam tahun ini akan dilakukan secara berkala yakni setiap 3 bulan sekali di kampus dan kantor alumni.
Pada acara Talkshow di hari Sabtu yang lalu, tema wirausaha dipandu oleh Bang Laurensius Silalahi yang telah berhasil menjadi pelaku usaha jasa konsultan rekayasa industri yang telah memperkerjakan tenaga ahli asing dan lokal dalam beberapa proyek sektor migas dan non-migas dalam hal monitoring efisiensi dan software engineering untuk pengujian.