Mohon tunggu...
EDROL
EDROL Mohon Tunggu... Administrasi - Petualang Kehidupan Yang Suka Menulis dan Motret

Penulis Lepas, Fotografer Amatir, Petualang Alam Bebas, Enjiner Mesin, Praktisi Asuransi. Cita-cita: #Papi Inspiratif# web:https://edrolnapitupulu.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gagal Paham Pesta Demokrasi (Pilkada Serentak)

10 Desember 2015   23:09 Diperbarui: 11 Desember 2015   00:08 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SD no. 3, guru sekolah lulusan SPG, kepala sekolah lulusan D3, kualitas pengajaran di bawah standar, pengajar sangat galak terhadap murid, prestasi sekolah nyaris tidak ada. Biaya pendidikan murah bisa dibayar dengan hasil bumi dan lokasi sekolah 2 km dari desa.

Sesuai dengan impian Dablek maka dia kan memilih SD no.1 tetapi semua tetangga dan saudar dekat mengintimidasinya karena Dablek akan bangkrut dan anaknya bisa putus tengah jalan. Dablek dikatakan sebagai orang gila dan sok kaya. Dablek impiannya adalah anaknya tidak ingin anaknya bernasib sama dengan dia. Dulu orang tuanya, teamn kerabat dan keluarga hanya menyodorkan SD No.3 itupun kadang Dablek tidak bis asekolah karena guru lebih banyak berlibur dari pada mengajar. Dablek sudah melek pendidikan, dari hasil bertani Dablek banyak menyisihkan uang untuk beli buku menambah wawasan dan pengetahuan dan biaya pendidikan si anak. Wawasan dari buku telah membuatnyamengembangkan pendapatan hasil taninya.  Menurut Dablek, biaya sekolah dan biaya hidup anak bila diantar ke SD No.1 adalah tujuan hidupnya sejak dulu sehingga kelak anaknya mampu menjadi generasi yang berprestasi dan berkarya buat desa dan negara.  Biaya tersebut memang mahal tapi Dablek mampu bersusah-susah makan seadanya demi anaknya menikmati keindahan pendidikan berkualitas. Dablek sudah lama menabung dan menunggu hari depan cerah bagi anaknya dan tidak memaksakan anaknya untuk bernasib sepertinya di SD No.3.”

Kawan-kawan pembaca memilih posisi peran pada cerita tersebut sebagai Dablek, anak Dablek, tetangga Dablek, Saudara Dablek kah atau guru atau kepala sekolah?

Media massa atau opini masyarakat yang mengharamkan GOLPUT adalah seperti saudara, kerabat, tetangga Dablek.

Peserta Lomba Pesta Demokrasi saat ini tak ubahnya dengan SD No.3.  Gagal paham makna demokrasi, merayakan pesta kosong. Merayakan seremonial bukan eksistensi fungsi demokrasi. Mengaminkan pemaksaan pemilihan pemimpin karbitan. Membongkar kebobrokan kaderisasi partai politik. Mempertanyakan efektifitas pendidikan politik dan kepemimpinan pada partai politik.

[caption caption="Dablek (sumber:kamusbesar.com)"]

[/caption]

Saya di sini bukan mengajak kawan-kawan menentang pesta demokrasi namun mengajak berpikir Dablek. Memilih yang terbaik untuk masa depan generasi mendatang bukan memaksakan formalitas “harus memilih”

 

Selamat Dablek

 

Jakarta, 10 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun