Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Green Democracy : Membumikan Demokrasi Dengan Kelestarian Ekologi dari Indonesoa untuk Dunia

9 Januari 2025   19:58 Diperbarui: 9 Januari 2025   19:58 51
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Resensi Buku: Green Democracy : Membumikan Demokrasi dengan Menjaga Kelestarian Ekologi dari Indonesia Untuk Dunia

Edrida Pulungan, M.HI,M.Si

Buku Green Democracy karya Sultan Nazamuddin mengusung topik yang sangat relevan dengan kondisi global saat ini, yakni hubungan antara demokrasi, keberlanjutan lingkungan, dan pembangunan yang ramah lingkungan. Buku ini memaparkan pandangan-pandangan inovatif tentang bagaimana demokrasi dapat berkembang dalam kerangka yang mendukung keberlanjutan ekologis.

Sultan Nazamuddin berusaha menghubungkan gagasan demokrasi dengan konsep pembangunan berkelanjutan, yaitu pembangunan yang tidak hanya fokus pada pertumbuhan ekonomi, tetapi juga pada perlindungan lingkungan dan pemenuhan kebutuhan sosial yang adil bagi generasi mendatang.Seperti kita ketahui bersama
Indonesia adalah negara demokrasi terbesar ketiga di dunia, setelah India dan Amerika Serikat. Sebagai negara dengan jumlah penduduk lebih dari 270 juta jiwa, Indonesia menunjukkan kematangan dalam menjalankan sistem demokrasi yang berlandaskan pada prinsip-prinsip kebebasan, keadilan, dan partisipasi rakyat. Pemilihan umum yang digelar secara langsung dan terbuka menjadi bukti bahwa Indonesia mampu menyelenggarakan proses demokrasi yang transparan dan damai, meskipun memiliki keragaman etnis, agama, dan budaya.

Keberhasilan Indonesia dalam menjalankan demokrasi tidak lepas dari peran penting yang dimainkan oleh Pancasila, sebagai dasar negara yang menekankan pada nilai-nilai persatuan, toleransi, dan musyawarah. Pemilihan presiden yang berlangsung setiap lima tahun sekali, dengan partisipasi aktif dari berbagai lapisan masyarakat, telah memperlihatkan bahwa Indonesia bisa menjadi contoh negara yang sukses dalam melaksanakan demokrasi dengan damai, meskipun mayoritas penduduknya beragama Islam. Pemilu di Indonesia tidak hanya sekadar sebuah proses politik, tetapi juga menjadi ajang untuk memperlihatkan semangat kebersamaan dan rasa hormat terhadap perbedaan.

Selain sebagai negara demokrasi, Indonesia juga dikenal sebagai rumah bagi hutan tropis terbesar ketiga di dunia setelah Brasil dan Kongo. Hutan tropis Indonesia memiliki peran yang sangat vital dalam menjaga keseimbangan ekosistem global, karena berfungsi sebagai paru-paru dunia yang menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Keberadaan hutan tropis ini juga menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, dengan berbagai jenis flora dan fauna yang hanya bisa ditemukan di Indonesia. Keanekaragaman hayati yang melimpah ini menjadi aset penting yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai tujuan, termasuk pengembangan penelitian dan pendidikan ilmiah.

Selain itu, Indonesia juga terkenal dengan kekayaan rempah-rempah yang telah dikenal dunia sejak zaman dahulu. Tanah Indonesia yang subur memungkinkan berbagai tanaman obat dan rempah tumbuh dengan baik. Berbagai jenis rempah yang dihasilkan, seperti cengkeh, pala, jahe, kunyit, dan lada, tidak hanya berperan dalam industri kuliner, tetapi juga memiliki potensi besar dalam pengobatan tradisional. Rempah-rempah Indonesia telah menjadi bagian penting dalam warisan budaya dunia, dan masih banyak digunakan hingga saat ini untuk tujuan pengobatan alami.

Indonesia adalah contoh negara yang tidak hanya sukses dalam hal demokrasi dan pemilu yang damai, tetapi juga memiliki keanekaragaman alam dan budaya yang sangat kaya. Keberagaman ini menjadi modal utama untuk terus membangun negara dengan prinsip-prinsip demokrasi yang inklusif, sekaligus menjaga kelestarian alam dan keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang. Hal ini yang menginspirasi Sultan dalam menulis bukunya dan terbagi dalam beberapa bab yang masing-masing membahas isu-isu penting terkait demokrasi dan keberlanjutan. Penulis menjelaskan bahwa krisis lingkungan yang dihadapi dunia saat ini, seperti perubahan iklim, kerusakan habitat, dan penurunan sumber daya alam, menuntut adanya perubahan sistemik dalam cara pandang kita terhadap pembangunan dan pemerintahan.

Nazamuddin mengajukan green democracy sebagai sebuah alternatif pemerintahan yang tidak hanya memprioritaskan kemakmuran ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan aspek lingkungan dalam pengambilan keputusan politik. Dalam konteks ini, "green democracy" bukan hanya soal kebijakan pro-lingkungan, tetapi juga soal melibatkan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan keberlanjutan.

Dalam buku ini, penulis mengembangkan beberapa teori yang berkaitan dengan konsep green democracy yakni
Teori Demokrasi Partisipatif: Penulis mengusulkan bahwa demokrasi yang ideal dalam kerangka pembangunan berkelanjutan adalah demokrasi yang melibatkan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat. Demokrasi partisipatif memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat langsung dalam pengambilan keputusan yang menyangkut kebijakan lingkungan dan sosial, bukan hanya sekadar memilih wakil mereka.

Penulis juga menjelaskan terkait teori ekonomi hijau yakni teori yang menekankan bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan harus memperhitungkan keberlanjutan lingkungan. Penulis mengkritik sistem. kapitalisme yang saat ini dominan karena lebih fokus pada pertumbuhan ekonomi tanpa memedulikan dampak ekologis. Oleh karena itu, ekonomi hijau adalah pendekatan yang lebih sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Penulis juga membahas                             

Dalam konteks ini, penulis menekankan bahwa setiap kebijakan lingkungan harus memperhatikan keadilan sosial. Misalnya, dampak negatif dari perubahan iklim dan kerusakan alam sering kali dirasakan lebih berat oleh masyarakat miskin. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan berkelanjutan harus memperjuangkan kesejahteraan sosial yang merata.

Hal menarik dalam buku ini adalah gagasan demokrasi dalam Konteks pmbangunan berkelanjutan.
Nazamuddin mengaitkan gagasan green democracy dengan konsep pembangunan berkelanjutan. Dalam pandangannya, pembangunan berkelanjutan adalah sebuah pendekatan yang mengintegrasikan tiga dimensi utama: sosial, ekonomi, dan lingkungan. Demokrasi yang hijau menuntut agar semua kebijakan yang diambil oleh negara tidak hanya mendukung pertumbuhan ekonomi, tetapi juga berfokus pada keberlanjutan alam dan keadilan sosial.

Penulis juga mengungkapkan bahwa demokrasi berkelanjutan harus mengatasi masalah ketimpangan global, dengan memberikan perhatian khusus pada masyarakat yang paling terdampak oleh kerusakan lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan pembangunan berkelanjutan harus memperhitungkan hak-hak ekologis setiap individu, serta menjamin hak atas lingkungan yang sehat bagi generasi mendatang  

Namun meskipun buku ini memberikan wawasan yang sangat menarik tentang bagaimana demokrasi dan keberlanjutan dapat digabungkan, ada beberapa masukan yang bisa disampaikan. Salah satunya adalah perlunya pembahasan yang mendalam tentang implementasi green democracy  baik di Indonesia maupun  negara-negara dengan sistem politik yang sudah sangat mapan, seperti negara-negara demokrasi besar. Untuk indonesia perlu menguatkan green policy advocacy dengan model kolaborasi Penta Helix yang bisa diimplementasikan di berbagai daerah di Indonesia 

Apalagi Penulis adalah Ketua DPD RI priode 2024-2029 yang terpilih dan mencetak sejarah karena sebagai Ketua DPD RI pertama yang paling muda yang menjabat dengan mengajukan 4 RUU prioritas yang masuk Program Legislasi Nasional dengan salah satu RUU inisiatif yang diperjuangkan yakni RUU Pengelolaan Perubahan Iklim diantara 3 RUU lainnya yakni RUU Masyarakat Hukum Adat, RUU Daerah Kepulauan dan perubahan UU Pemerintahan Daerah

 
Selain itu, meskipun penulis banyak mengungkapkan pentingnya peran masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, ada sedikit tantangan terkait bagaimana memastikan partisipasi yang inklusif dan adil di tingkat global, mengingat ketimpangan informasi dan kekuatan politik yang ada di antara negara-negara kaya dan miskin


Buku Green Democracy oleh Sultan Nazamuddin memberikan kontribusi yang signifikan dalam perdebatan tentang hubungan antara demokrasi dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengajukan gagasan tentang green democracy, penulis berhasil menunjukkan bagaimana demokrasi yang inklusif dapat dijalankan seiring dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Buku ini sangat relevan bagi para pembuat kebijakan, aktivis lingkungan, dan semua pihak yang peduli dengan masa depan bumi dan keberlanjutan sosial-ekologis.

Secara keseluruhan, buku ini sangat berguna sebagai panduan dalam menciptakan demokrasi yang lebih hijau, adil, dan berkelanjutan, meskipun tantangan dalam implementasinya masih memerlukan perhatian lebih lanjut

Gambar 2 : Penulis berfoto bersama Ketua DPD RI, Bapak Sultan Nazamuddin beserta Buku Green Democracy saat launching Doc : istimewa
Gambar 2 : Penulis berfoto bersama Ketua DPD RI, Bapak Sultan Nazamuddin beserta Buku Green Democracy saat launching Doc : istimewa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun