Â
Kado Pusaka Aksara Â
Untuk  Sapardi  Djoko Damono
Bukan aku yang  inginkan kelahiran
Terlahir dalam bait-bait puisi usang
Batu sudah menjadi dedaunan hijau
Bertunas ia di kening pujangga muda
Ramai dalam pusaran
Sebelum sang waktu di ramuÂ
Tujuh Puluh tujuh bukan angka kramat bagiku
Itukah dalam benakmu
Selamat terlahir sang maestro syair
Kata mereka padamu malam itu
Ruangan dipenuhi mereka yang kagum
dalam kuntum-kuntum puisimu yang  mekar dan sangar
Sedang aku memandangimu dari jauh
aku belum bisa menyelesaikan bait pertamaku
Aku malu bertemu
 Engkau ingin hidup seribu tahun lagi kah Â
Masih terlalu jauh dari angka  tujuh puluh tujuh
Pertemuan kita bukan yang pertama kala
di awal aku telah melipat jarak bersamamu
dalam lembar puisimu di hujan di bulan juni
Aku menunggu tetes-tetesnya penuhi kepalaku
Kupandangi kolam dengan riak-riak airnya yang tenang
Juga aksaramu jadi pusaka bagiku
Abadilah puisumu
Dalam temaram malam menuju fajar pagi
apakah dukamu abadi
Bentara Budaya Jakarta, 22 Maret 2017,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H