Kemarin perempuan  yang di keningnya tertanam kamboja telah mengandung sembilan bulan sepuluh hariÂ
 dan menurut dukun beranak akan melahirkan. Perutnya sudah mulai mulas semenjak pagi. Nenek piyuh yangÂ
sudah turun temurun membantu  ibu-ibu bersalin  di desa parsalakan itu akhirnya berangkat pagi-pagi sekali menuju
rumah calon pasiennya.tangannya memegang  rumput fatimah yang disimpan turun temurun dari neneknya yang jug ahli
menolong Ibu-ibu melahirkan
Kening perempuan desa itu berubah hijau dan tumbuhlah kelopak kamboja dari keningnya. Sang nenek mengusap keningnya, namun tetap saja
kamboja tumbuh di kening perempuan desa itu. enek piyuh merasa ada yang lain dari pasiennya kali ini. Perempuan itu sangat sederhana  khas perempuan desa dengan rambut  panjang digulung ke atas dan memakai baju kurung dengan motif kembang-kembang bunga mawar. Matanya besar, badannya agak gemuk, pinggulnya besar tetapi kakinya kecil seperti perawakan kaki-kaki  perempuan keturunan raja-raja batak. Namun dia mencoba memegang tangan perempuan itu. Genggaman perempuan itu semakin kencang, kencang dan akhirnya nenek piyuh menyadari ketuban sudah pecah. saatnya dia beraksi dan sudah menyiapkan air hangat dan tangannya yang keriput membantu mengeluarkan kepala sang jabang bayi. pelan-pelan dia mengeluarkanmya
"ayo tarik nafas yang dalam nang, tatik,, tarik nafas, ya,,ya" kata Nenek Piyuh mengarahkan Perempuan bernama syarifah itu
"Uffffh, ufffh, uffh, borat doma  nek,  hatcit, hatcit domana"
"bisa do inang,  torus.. torus ma" kata nenek piyuh dengan  logat bahasa batak yang kental
Akhirnya kepala sang jabang bayi keluar, dan tangisnya pun pecah. Suami Syarifah menggendong bayinya dengan sukacita, setelah dicium oleh Istrinya. Azan berkumandang. Semua menyambut lahirnya anak yang berkelamin laki-laki itu"
"wah ganteng sekali, mirip bapaknya, pusaran kepalanya dua ya. ada yanda lahir di kepalamya"
"oh iyakah nek, maa" kata suami Syarifah
sang nenek menunjukkan disela-sela rambutnya yang masih basah setelah dibersihkan dari darah persalinan yang mengucur deras dari rahim syarifah
"alhamdulillah, anak kalian lahir bulan Rajab, nulan baik, deges toppana, bisuk mar ama  ina"
"iya kah nek?'
"iya, lihatlah matanya terpejam tapi kalau melihat teduh sekali, seperti raja yang bijaksana"
"Iya kita berikan saja namanya Raja ya istriku" kata suami Sayrifah sambil memandang istrinya yang tersenyum dan masih terlihat lemas.Â
Tiba-tiba kening istrinya terlihat bunga kamboja berwarna putih dengan istana berwarna putih dengan telaga di depannya"
Suami syarifah mengejar nenek piyuh
"nenek lekas kemari, di kening istriku ada bunga kamboja dan istana berwarna putih"
sang nenek sudah tidak terlihat.Â
Suami syarifah kembali melihat istrinya di kamar.Â
 "Nenek tadi memberikan kain panjang untuk anak kita Raja bang" kata istinya lirih
"oh ya mana"
"Ini bang'
Kain panjang bermotif gorga di bukanya untuk membungkus tubuh raja yang mungil, ada cincin terjatuh dari kain panjang tersebut
sang istri melihatnya
"ada cincin jatuh bang"
"mana?'
lalu suaminya memungut cincin yang terjatuh dari kain panjang
"syarifah, bukankah ini cincin kakek yang dulu hilang, beliau dulu keturunan raja terakhir yang menginginkan anak laki-laki namun dari lima anaknya ,s emua perempuan"
Istrinya terlihat  tertidur pulas, Raja menangis. Suami syarifah meletakkan raja di dada istrinya, Raja menyentuh kening ibunya sambil tersenyum. airmatanya berhenti.Â
Suami syaruifah terdiam, Mungkinkah Istrinya telah melahirkan sang Raja yang disegani di kampungnya kelak?
***
catatan
borat doma  nek,  hatcit, hatcit domana : berat kali  nek, sakit, sakit sekali
bisa do inang, Â torus.. torus ma : bisa nak, terus, terus dorong
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI