Mohon tunggu...
Edrida Pulungan
Edrida Pulungan Mohon Tunggu... Analis Kebijakan - penulis, penikmat travelling dan public speaker

Penulis lifestyle, film, sastra, ekonomi kreatif Perempuan ,Pemuda, Lingkungan dan Hubungan Luar Negeri Pendiri Lentera Pustaka Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Prosesi Sang Staf Ahli

29 Januari 2015   01:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:11 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di satu ruangan kulihat lelaki tua itu berada di pusaran

tertegun dia melihat riuhnya anggota dewan

bertanya  dan mengangguk-angguk seperti angsa yang mematuk

memberimu lima pertanyaan tanpa jeda

**

Engkau disana berjuang

Menghabiskan sisa usia dalam tulisan tangan

Engkau lelaki tuayang berwibawa

Namun tampilanmu sederhana tertututup oleh map-map tua

anak sang diplomat ternama yang telah hilang namanya

alumni doktoral luar negeri yang bersahaja

**

Engkau  mengabdi 40 tahun sebagai pegawai negeri

Menjadi saksi sebuah perjalanan diplomasi

hari ini dia ikut prosesi fit and proper test staf ahli

Apakah layak bekerja lagi atau pensiun dan pergi

Engkau mencoba sekali lagi

Peruntungan di bulan januari

**

Semangatmumasih berapi-api

ditengah anak muda yang tampil dandy

meski kegugupan terpancar di wajahmu

Namun konsep pemikiranmu abadi

Meski kelu lidahmu dan tak lihai berbicara

Namun tumpukan kertas, dokumen dan lembaran pidato

jadi saksi hidupmu

dengan kepala garuda emas diatasnya

**

Semua kertas dan lembaran dokumen temanmu berbicara

dalam  lima menit hingga sepuluh menit pertama

Ditengah  para calon staf ahli yang diuji lainnya

Engkau cukup punya nyali tampil berani saat diuji

**

ditengah-tengah pusaran itu

sederetan meja delegasi

dan calon staf ahli duduk menanti

ada perempuan muda lulusan alumni perguruan tinggi negeri

cantik wajahnya berseri-seri memikat hati

ada mantan duta besar yang wajahnya berwibawa namun angkuh berbicara

ada alumni luar negeri yang sampai lupa berbahasa pemersatu bangsa

ada aktifis yang idealis menunjukkan sikapnya

banyak sekali yang ingin jadi staf ahli

bekerja di balik meja meski tanpa dasi

Mereka adalah poros belakang

Namun harus cekatan disegala medan, lini dan ruang

Sanggupkah jadi staf ahli

menemani sang senator kesana kemari

membawa map dikanan kiri

menyiapkan  pidato dan bahan presentasi

**

Lalu bagaimana nasib sang Pak tua  yang melamar jadi staf ahli

ternyata dia lolos dengan banyak dukungan

dari riuhnya pilihan anggota dewan

**

Kini genaplah dia mengabdi selama 40 tahun

menggoreskan pena  dan menuliskan konsep kerjasama untuk negeri ini

Berinteraksi dengan parlemen dalam dan luar negeri

ternyata dedikasi  pak tua sang calon staf ahli

Mampu mengalahkan kelu lidahnya

Laksana bambu di dalam perigi

**

Selamat mengabdi di lembaga negeri ini Pak Tua

Engkau menginspirasi seorang generasi muda bangsa

yang selalu belajar membaca yang tak terbaca

dari pagar istana hingga pagar jiwa

**

Kisah ini akan terekam di hati bagai prasasti

Kadang ilmulah yang jadi sahabat

ketika tiada satupun orang hebat

yang mendukungmu menjadi kuat

engkau tetap tegak berdiri dalam tekat

karena ilmu dan semangat adalah dua sahabat

selamat mengabdi wahai sang staf ahli

terima bakti dari perjalanan hati

Januari, senayan 2015

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun