Mohon tunggu...
edo murtadha
edo murtadha Mohon Tunggu... Foto/Videografer - I love traveling, making video

The best idea is the one that you're doing!

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Aroma Halaman Buku Untukku....

24 Mei 2016   11:02 Diperbarui: 24 Mei 2016   11:20 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena menurut saya, membawa buku untuk dibaca itu, seperti mengunci diri sendiri dalam benak khayal sang penulis. 

dengan membuka lembar kertasnya saya merasa tidak harus kemana-kemana, di hadapan saya sudah menunggu ombak ide sang penulis. Tanpa notifikasi chat dari grup chat yang kebanyakan isinya share foto-foto aneh, lucu, atau foto-foto liburan ke domestik & luar negeri yang akan menjadi tema gosip saat reuni nanti. 

smartphone-vs-books-osama-hajjaj-5743d1fcad9273010c4e1444.jpeg
smartphone-vs-books-osama-hajjaj-5743d1fcad9273010c4e1444.jpeg
Dengan menenteng buku, saya merasa harus menemukan tempat untuk duduk dengan cukup nyaman untuk menggauli isi buku itu. Dengan menentengnya, saya menantang diri sendiri untuk meraupnya hingga lembar terakhir.

Saya rindu helaan nafas yang muncul saat membalik lembar terkahir dan menemukan bahwa yang saya balik adalah sampulnya. Yang biasanya berisikan sinopsis isi buku atau riwayat sang penulis. 

Lain halnya saat saya membaca lewat layar smartphone, notifikasi yang bertubi-tubi (Maklum saya juga social media addict) dan terkadang saya kalah dengan serunya postingan teman-teman di sosial media. Dan kemudian, beberapa jam setelahnya jari jemari ini sibuk melangkah menjawab chat, update status atau sekedar upvote post di 9gag. 

Jika buku bisa bicara, mungkin ia akan berteriak kepada saya, "Ya, lebih penting menjawab dan mengkomentari postingan sampah di sosial media ya?! Katanya mau jadi penulis, tapi beberapa halaman saja, sudah putus! Huh!". 

Lalu ada otak yang akan membenarkan si buku, "Baru saja akan memulai proses imajinasi, menggerakkan kembali mesin-mesin usang untuk berpikir, tapi malah kembali lagi ke layar 4-5inch sibuk sekaligus iri melihat momen-momen bahagia yang palsu orang lain"

Membaca buku fisik juga mengingatkan saya kepada saat dimana buku adalah teman terbaik saya. Seakan berada di dalam buku itu, mengehentikan pikiran dan fisik saya demi alur cerita dan pemikiran sang penulis, menghempaskan saya dalam amarah, menghanyutkan saya dalam alunan cinta, menyesakkan saya dalam alurnya yang kadang tak terduga. 

Meskipun kini intensitas membaca saya sudah jauh sangat berkurang dibandingkan beberapa tahun lalu saat 3 buku novel, non-fiksi bisa saya habiskan dalam waktu seminggu. Menyalahkan pekerjaan, kantor yang menyabotase waktu yang saya punya, letihnya badan dan hubungan erat antara punggung dan kasur. 

Semoga saya bisa mencuri sedikit waktu saya yang kini dimiliki oleh korporasi demi menyelami kembali arungan ide, gagasan penulis-penulis di luaran sana dan kembali mengaktifkan mesin-mesin imajinasi yang sudah mulai berdebu di dalam otak. 

http://ebookfriendly.com/
http://ebookfriendly.com/
Salam! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun