Mohon tunggu...
Edo Media
Edo Media Mohon Tunggu... Jurnalis -

Jurnalis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Sekolah hanya Mimpi Si Miskin

2 Mei 2015   18:37 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:26 369
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Darsono berlatar belakang dari keluarga tidak mampu. Hal inilah yang membuatnya hampir saja tidak mengenyam bangku sekolah. Darsono juga sempat dilarang untuk meneruskan sekolahnya. Namun Darsono tidak patah semangat dalam meraih dan mengejar cita-citanya. Ia rela menjadi buruh di tempat pembuatan batu bata merah agar bisa mendapat biaya untuk melanjutkan sekolahnya. Hal yang sama ia lakukan pada saat hijrah ke Jakarta. Ia menjadi buruh, berdagang elektronik, serta menjadi guru.

Perjuangan Darsono membuka Unpam dari nol hingga sekarang telah memiliki ribuan mahasiswa. Yang menarik dari sosok kampus ini adalah mahasiswanya mayoritas dari kalangan biasa dan tak mampu, yang seharusnya menjadi tanggung jawab negara untuk mencerdaskan bangsa. Namun kampus negeri sekarang sudah elitis dan di awang-awang.

Ribuan anak-anak muda itu bisa menikmati dan mengeyam pendidikan murah. Bayangkan satu semester (kuliah enam bulan) cukup membayar satu juta rupiah. Maka mimpi anak-anak muda itu yang bekerja sebagai buruh, cleaning service, satpam hingga karyawan perusahaan terwujud untuk mengubah nasib menjadi sarjana.

Seharusnya pemerintah memperhatikan pola seperti ini. Apa artinya menggaji dosen pegawai negeri sipil (PNS) puluhan juta dari uang pajak rakyat kalau kampus yang mereka abdikan tidak mampu melayani pendidikan secara murah. Saya sangat prihatin dengan mental akademisi kita yang masih elitis dan tidak pernah memikirkan bagaimana beratnya orang memenuhi biaya pendidikan. Kita akui di PTN memang disediakan bea siswa pendidikan murah. Namun, kuantitas bea siswa itu tak seimbang dan tak seadil dengan mimpi ribuan anak muda yang ingin mengenyam pendidikan kampus.

Pengabdian pak Darsono mengentaskan ribuan anak muda tak mampu untuk meraih gelar sarjana patut jadi tamparan pemerintah dan negara. APBN telah menggelontorkan triliunan rupiah untuk mensubsidi pendidikan. Jumlah uang yang cukup besar dibandingkan modal pak Darsono mengentaskan anak-anak muda itu menjadi sarjana.

Pekerjaan mulia pak Darsono mendorong semangat banyak mahasiswa Unpam lainnya mewujudkan mimpinya. Bisa mencicipi keadilan kuliah di perguruan tinggi, meski dengan segala keterbatasannya. Ketika kemauan diikuti usaha yang keras, maka hasilnyapun menjadi nyata.

Bagi Darsono  tidak ada alasan orang tidak bisa kuliah di perguruan tinggi karena mahalnya biaya kuliah. Dan Mahasiswa Unpam sebagian besar dari kalangan tidak mampu antara lain mereka yang berprofesi sebagai office boy, kuli bangunan dan pemulung.

”Bahkan salah satu alumninya yang berprofesi sebagai pemulung telah berhasil lulus dan kini menjadi dosen di Unpam,” ujar Darsono. Motivasi mendirikan universitas yang murah bagi Darsono adalah obsesinya karena dendam masa lalunya yang kesulitan ketika bersekolah. Ia mengaku terpaksa pergi dari rumah, diusir ayahnya karena ngotot ingin sekolah. Darsono yang merantau ke Jakarta terlunta-lunta dan pernah menjadi office boy di salah satu perusahaan di Jakarta. Berkat keuletan dan ketelatenan yang penuh perjuangan cita-cita Darsono berhasil mendirikan Universitas Pamulang. Biaya kuliah di Unpam menurut Darsono sangat murah. Mahasiswa bisa mengangsur uang kuliahnya selama satu semester Rp 100 ribu per bulan.

Malukah Presiden kita melihat fenonema ini? Mampukah Presiden kita memerintahkan Menteri Pendidikan Tinggi dan Ristek "memaksa" PTN yang dibiayai negara, yang dosen nya digaji pemerintah meniru Unpam. Memaksa PTN untuk menjadi kampus nya rakyat. Biaya kuliah murah sebagaimana di masa Orde Baru. Memberikan kesempatan belajar seluas-luasnya kepada rakyat bukan sekadar yang punya biaya kuliah.

Jika PTN dari mulai pembangunan gedung dan gaji seluruh karyawan dan staf pengajarnya dibayar APBN, mampu tidak? memberikan biaya murah pendidikan sebagaimana Unpam, yang gedung dan staf pengajarnya dibiayai mahasiswa. Jika tidak mampu menyediakan pendidikan murah maka saya anggap pemerintahan dan negara ini telah gagal menjalankan amanat Pembukaan UUD. Artinya pajak yang dibayar dari keringat kita, tak mampu menyediakan layanan dan memberi keadilan untuk mendidik anak-anak kami. Bahkan gagal mencetak orang miskin terangkat derajatnya.

Orang miskin dilarang sekolah di PTN ternama!

Selamat Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2015.....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun