Jadi bukan lagi dengan cara bagi-bagi duit atau sumbangan ke masyarakat tanpa ikatan yang jelas. Itu cara sudah basi dan tidak akan berhasil.Karena pasti warga akan menerima uang nya namun belum tentu memilih si caleg tersebut.
Untuk masyarakat yang punya hak pilih atau KK maka akan direkrut sebagai kader dengan honor Rp 100 ribu per kader. Bayangkan jika si caleg itu butuh 50 ribu suara untuk memenangkan satu kursi DPR-RI.
Karena berdasarkan perhitungan saya di salah satu dapil, cukup meraih 50 ribu maka sudah cukup untuk mendapatkan satu kursi DPR-RI. Maka dia harus menyiapkan honor kader minimal Rp 5 miliar!
Biaya politik itu mahal!!
Bagi caleg tanpa modal siap-siap saja menjadi penonton. Dan bagi parpol yang tidak punya ujung tombak caleg yang punya kerja politik optimal dan modal politik yang kuat, jangan pernah berharap akan meraih suara yang signifikan.
Berbahagialah para caleg DPR-RI yang caleg DPRD tingkat II nya punya anggaran kuat, infrastruktur dan modal politik yang benar-benar bisa jadi mesin politik. Karena mereka memang bekerja keras, terstruktur dan punya dana untuk bertarung. Karena caleg DPRD II adalah ujung tombak pemenangan.
Dan janganlah berharap banyak pada parpol yang calegnya "tidur" karena kekurangan gizi. Lebih bekerja keras lagi merayu rakyat dari rumah ke rumah.
Analisis saya ini mendasarkan fakta di lapangan dan hanya berlaku untuk membaca peta persiapan dan kekuatan caleg yang akan berlaga di Pileg 2014. Analisis ini situasinya nanti berbeda sekali dengan peta Pilpres 2014 .....
Oleh karena itu pertanyaan kita kenapa partai berpengalaman itu yang senantiasa memenangkan pertarungan. Mudah-mudahan sedikit bisa terjawab...
Karawang, 7 Januari 2014
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H