Mohon tunggu...
Edward Theodorus
Edward Theodorus Mohon Tunggu... Dosen - Dosen psikologi di Universitas Sanata Dharma

Warga Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Laki-Laki Itu Anjing

2 April 2022   12:52 Diperbarui: 2 April 2022   13:10 1396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ayu itu tidak sejago ibu Beni dalam memasak. Beni sering berbohong bahwa masakan Ayu itu rasanya maknyus. Tidak tega rasanya, mengatakan opini yang sebenarnya.


Dia mulai sering keluar rumah, berpetualang dengan motor lanangnya. Saat dia menceritakan pengalaman petualangannya di kantor, ada teman kantor cantik yang mengaguminya. Seiring waktu, mereka menjadi lebih intens bertemu di luar jam kerja, bahkan teman itu terkadang mengikuti petualangan Beni sebagai penumpang di motornya.


Beni merasa tersanjung sekali bahwa ada wanita cantik yang mengagumi dan menghormatinya. Tidak seperti Ayu yang sering membikin kupingnya panas lewat komentar-komentar pedas yang terasa merendahkan dirinya. Gadis itu juga sederhana pemikirannya, tidak sekompleks Doktor Ayu.


***


Aku merasa sudah cukup merenung dan mencari udara segar. Sudah saatnya melanjutkan tidur. Aku menggendong Nimo masuk rumah, lalu mengunci pintu.


Aku masih mengalami sisa-sisa rasa duka dan kecewa akibat tidak mampu menyelamatkan hidup si burung gereja. Masih ada juga sisa-sisa kemarahan terhadap Nimo; mengapa dia begitu barbar membantai seekor burung yang lemah tak berdaya.


Kubaringkan tubuhku di tempat tidur. Kutarik selimutku. Aku masih menimbang-nimbang, apa yang harus kulakukan terhadap Nimo supaya dia tidak menyergap unggas lagi.


Hari ini berjalan dengan sangat buruk. Tadi pagi, suamiku tidak mau minum kopi dan makan sarapan yang sudah kubuatkan dengan sepenuh hati. Dia belum pulang juga sampai sekarang. Banyak mahasiswa yang tidak paham dengan materi yang kuajarkan, padahal sudah kujelaskan dengan sesederhana mungkin. Ada sesama dosen -dan bahkan mahasiswa!- yang menggodaku dengan tampang mesumnya. Padahal mereka sepenuhnya menyadari bahwa aku sudah menikah.


Bikin aku tidak bisa tidur saja. Sudah begitu, ketika aku berusaha mencari ketenangan dan udara segar, malah Nimo melakukan tindakan tidak bermoral. Dasar Anjing!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun