Mohon tunggu...
Edo Elnino
Edo Elnino Mohon Tunggu... -

Persikmania

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bukan Pep Atau Mou, Inilah Sosok Pelatih Jenius yang Sesungguhnya

4 Februari 2016   02:34 Diperbarui: 4 Februari 2016   16:03 6914
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Sumber foto : theguardian.co.uk"]
[/caption]Jika saat ini kita berbicara mengenai pelatih sepakbola dunia pasti tak akan jauh dari nama Jose Mourinho atau Pep Guardiola yang resmi akan melatih Manchester City musim depan. Mourinho banyak dibicarakan karena secara mengejutkan dipecat oleh Chelsea lantaran dinilai gagal mempertahankan bentuk permainan terbaik Chelsea hingga terseok-terseok di papan bawah klasemen Liga Inggris.

Selain itu, terancamnya posisi Louis van Gaal di kursi kepelatihan Manchester United membuat namanya muncul di permukaan untuk mengisi posisi yang kemungkinan besar akan ditinggal sang meneer. Terlebih dengan datangnya Pep Guardiola yang merupakan seteru "The Only One" di La Liga dulu untuk menggantikan Posisi Manuel Pellegrini

Membicarakan keduanya memang selalu menarik. Sebagian orang menilai Mourinho dan Pep ialah pelatih terbaik yang ada di persepakbolaan saat ini. Mourinho dianggap jenius karena terbukti telah menaklukkan 4 liga yang berbeda dan juga punya 2 gelar Liga Champions saat membawa FC Porto dan Internazionale jadi juara.

Namun dibalik semua prestasinya tersebut masih saja ada yang berbicara miring tentang dirinya karena dianggap hanya bisa menangani tim besar yang sudah bertabur bintang, sedangkan saat dirinya menggemparkan eropa dengan FC Porto hanya dinilai kebetulan belaka karena di final lawannya hanya AS Monaco.

Pep Guardiola? Siapa yang tak kenal dengan pelatih berkepala plontos yang senantiasa memainkan possession football di setiap tim yang dilatihnya. Prestasi tertinggi Pep tentu saja saat mengantarkan Barcelona menyapu bersih gelar di tahun 2009 yang sampai saat ini belum ada pelatih yang menyamai taruhannya tersebut. Selain itu kelebihan Pep ialah bisa memaksimalkan pemain untuk bermain di luar posisi naturalnya.

Di final Champions League 2009 saat melawan Manchester United contohnya, di partai yang maha penting Pep secara mengejutkan menempatkan Yaya Toure sebagai center back untuk mendampingi Gerard Pique akibat absennya Rafa Marquez, padahal saat itu masih ada Carles Puyol yg harus rela digeser ke fullback kanan. Perubahan posisi Javier Mascherano ke posisi center back juga berkat kejelian Pep. Tidak cukup sampai disitu, bahkan saat melatih Bayern Muenchen Pep lebih gila lagi dalam merubah posisi seorang pemain.

Bayangkan saja, Philipp Lahm yang bertubuh mungil disulap olehnya menjadi seorang gelandang bertahan, dan hebatnya sang kapten bermain tak kalah bagusnya jika dibandingkan dengan saat bermain di posisi natural sebagai fullback kanan maupun kiri. Meskipun begitu, tak semua orang mengakui kejeniusan Pep karena banyak yang berpendapat siapapun bisa menjadi juara jika tim yang dilatih ialah Barcelona dan Bayern Muenchen.

Lihat saja Luis Enrique, hancur lebur di AS Roma namun dengan mudahnya meraih treble winners bersama Barca. Adapun prestasi Pep yang selalu juara Bundesliga bersama Bayern sama sekali tak diperhitungkan karena di Bundesliga Bayern seperti memonopoli liga.

Setiap ada pemain yang bersinar di tim rival selalu dibajak untuk bergabung. Bahkan para petinggi Bayern sendiri dalam hal ini Franz Beckenbauer  dan Lothar Matthaeus tak menyukai gaya permainan Pep. Mungkin lain halnya jika Pep bisa membawa Bayern Juara Liga Champions karena bagi pendukung Bayern yang sesungguhnya kualitas Pep masih di bawah Jupp Heynckess dan Ottmar  Hitzfeld.

Mungkin saja alasan Pep ke Premier League untuk membuktikan bahwa dia tidak akan cari aman dengan melatih tim yang hampir pasti juara liga lokal.

Lantas siapa sesungguhnya pelatih jenius itu? Jawabannya mudah, Mauricio Pochettino. Bukan karena gelar juara yang pernah diraihnya karena saat ini belum ada satupun piala yang dihadirkan pelatih asal Argentina terebut kepada tim yang pernah diasuhnya. Kelebihan Pochettino ialah bisa melihat dan memaksimalkan bakat terpendam dari pemain yang sebelumnya hampir tak dikenal untuk menjadi pemain hebat.

Dan tak sedikit pula para pemain tersebut merasakan seragam timnas untuk pertama kalinya berkat tangan dingin Pochettino. Sederet nama seperti Like Shaw, Nathaniel Clyne, Adam Lallana, Jay Rodriguez, Ricki Lambert hingga Morgan Schneiderlin memang sudah bersinar sejak ditangani manager Southampton sebelumnya yakni Nigel Adkins, namun baru di tangan Pochettino lah mereka benar-benar menarik perhatian publik saat mendapat panggilan timnas untuk negaranya masing-masing.

Selain sederet nama diatas masih ada pemain Southampton yaitu James Ward-Prowse yang menjelma jadi pilar penting di lini tengah tim meski masih berusia sangat muda berkat tangan dingin mantan bek Espanyol dan PSG tersebut.

Pochettino hanya satu setengah musim berada di St. Marry stadium karena musim lalu tepatnya Mei 2014 dirinya menerima pinangan Tottenham Hotspur, meski tak memberikan trofi bisa dikatakan Pochettino memberi keuntungan besar kepada Southampton dari sisi financial karena berhasil menjual Adam Lallana dan Luke Shaw dengan harga yang cukup fantastis.

Saat tiba di White Hart Lane markas Spurs, dengan berani Pochettino menyingkirkan sebagian besar starting XI dari pelatih sebelumnya dengan pemain yang mungkin hanya segelintir orang yang mengenalnya. Praktis hanya kiper Hugo Lloris, Jan Vertonghen dan Christian Eriksen yang mampu mempertahankan posisinya.

Adakah diantara kita yang pernah melihat permainan Ryan Mason sebelumnya? Saya yakin tidak, karena meski telah memperkuat The Lily Whites sejak tahun 2008 dirinya tak sekalipun main di Premier League dan lebih sering dipinjamkan ke tim divisi championship atau bahkan league one yang notabene kasta ketiga di sepak bola Inggris.

Mungkin saat inipun nama Ryan Mason masih asing di telinga orang yang tidak benar-benar paham tentang Premier League, namun yang perlu digarisbawahi, Mason sudah punya satu caps di tim nasional Inggris berkat penampilan gemilangnya musim lalu, yang mungkin akan bertambah jika tidak cedera. Dan tahukah anda siapa pemain yang disisihkannya dan akhirnya hengkang dari London Utara? Ya benar, jawabannya Paulinho. Pemain asal Brazil yang semua orang tentu mengenalnya.

Apakah cukup sampai disitu? Tentu saja tidak, mungkin transfer paling sukses bagi Pochettino ialah saat mendatangkan Eric Dier dari Sporting Lisbon pada awal musim 2014-2015. Apakah dirinya berjudi dengan mendatangkan pemain yang terbuang dari tanah kelahirannya Inggris untuk bermain di Liga Portugal bersama Sporting bahkan hanya menjadi pemain cadangan disana? Bisa jadi iya, bisa juga tidak karena dia paham betul dengan apa yang dia lakukan saat itu. Di laga debutnya Dier sudah langsung mencuri perhatian dengan golnya meski berposisi sebagi bek.

Di musim itu Dier mencatatkan 28 penampilan di liga dan sering bermain di dua posisi yakni fullback kanan dan center back. Dan musim ini menjadi puncaknya, lagi-lagi kejeniusan Pochettino membuat orang semakin kagum padanya, Posisi Dier diubah menjadi gelandang bertahan karena sembuhnya Kylie Walker yang biasa menempati posisi fullback kanan serta datangnya Toby Alderweireld yang dianggap duet sepadan bagi Jan Vertonghen.

Puncaknya November 2015, lagi-lagi berkat Pochettino ada pemain yang melakukan debut untuk timnas negaranya karena pada saat itu Dier untuk pertama kalinya dipanggil Roy Hodgson untuk menghadapi Spanyol dan Perancis dalam laga persahabatan.

Yang paling fenomenal tentu saja mengenai sosok Harry Kane. Pemain yang sebelumnya juga hanya menjadi cadangan Roberto Soldado saat Spurs masih ditangani Villas-Boas dan Emanuel Adebayor saat Tim Sherwood memegang kendali kursi kepelatihan. Langkah pertama Pochettino ialah membuang Adebayor ke tim reserve dan membangkucadangkan Soldado karena tidak sesuai harganya saat didatangkan Villas-Boas dari Valencia.

Majulah Harry Kane sebagai striker utama Spurs, selanjutnya ialah apa yang kita lihat sekarang. Tak perlu lagi dijelaskan mengenai ketajamannya saat ini.

Selain ketiga nama diatas masih banyak lagi pemain yang meroket bersama Pochettino layaknya Dele Alli yang juga sudah memperkuat timnas Inggris bahkan mencetak gol untuk negaranya, ada juga Nabil Bentaleb yg bertambah matang serta pemain yang kembali ke permainan terbaiknya semisal Moussa Dembele dan Nacer Chadli.

Adapun pemain-pemain bintang berpengalaman seperti Adebayor, Soldado, Aaron Lennon, Paulinho, Younnes Kaboul dan Andros Townsend harus angkat kaki karena dianggap tak sesuai permainan yang diinginkan Pochettino.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun