Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru Inspiratif Era Kurikulum Merdeka (2024) |Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Relevankah Ujian Nasional di Indonesia?

17 November 2024   19:09 Diperbarui: 17 November 2024   19:15 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Difilm ini juga penulis dapatkan mengenai pembelajaran empati, kontektual,dan pentingnya membangun relasi dengan siapapun. Akhirnya hal ini lah yang menunjang peserta didik tertarik mengikuti kelasnya dan menjadi bekalnya ketika dalam kehidupan kelak.

Radical (2023)

Film ini terjadi di Meksiko yang digambarkan sebagai pusat kejahatan. Seorang guru ditugaskan untuk mengajar didaerah yang berkualitas rendah. Guru tersebut menyajikan pembelajaran yang berbeda dengan guru lainnya dengan diawali dengan peristiwa nyata yang dihubungkan dengan materi pembelajaran. Paradigma guru tersebut adalah menekankan kepada peserta didik rasa penasaran dan jangan pernah takut salah karena baginya disitulah letak pembelajaran walaupun peserta didik masih dengan paradigma lamanya bahwa fungsi sekolah adalah mendapatkan nilai bagus dan itulah yang membuat orangtuanya puas.

Di film ini disajikan bagaimana guru tersebut memanagemen kelas dengan kreatif dan tidak monoton klasikal seperti guru pada umumnya. Story telling menjadi andalannya karena hal inilah yang membuat peserta didik menjadi tertarik. Beliau selalu mengawali dengan motivasi dan membangun harapan kepada peserta didiknya sehingga membuat kelas menjadi nyaman.

Walaupun sekolah tersebut dipenuhi dengan keterbatasan sarana prasarana, namun guru tersebut mengatakan bahwa hal yang sangat penting ada didalam diri kita semua, apakah itu ? Potensi. Pembelajaran yang diajarkan selalu diawali dengan logika dan mengajak siswa untuk membagikan potensinya di kelas kepada teman-temannya. Peran guru disini sebagai fasilitator terlaksana dengan efektif. 

Puncak masalahnya adalah terdapat guru dan pengawas sekolah yang mewajibkan mendrill latihan untuk semacam ujian nasional. Namun hal guru tersebut menolak karena hal ini malah membuat peserta didik malas belajar karena belajar bukan berangkat dari dirinya namun ketakutan karena ujian. Bahkan beberapa guru menyiapkan kunci jawaban. Hal ini ditolak secara tegas karena pendidikan baginya menciptakan kejujuran dan integritas bukan keberhasilan semu.

Pesan yang penulis ambil dari film ini adalah tidak ada anak yang tak pintar , namun hanya belum menemukan rasa penasaran terkait mata pelajarannya. Peran guru lainnya adalah membangkitkan rasa penasaran siswa terhadap materi yang diajarkannya dan menemukan potensi setiap peserta didik dengan selalu memberi semangat sekecil apapun potensi tersebut. Lagi-lagi ini merupakan kisah nyata yang diangkat menjadi film.

 Kesimpulan

Bagi penulis ujian nasional itu diperlukan namun bukan untuk sebagai syarat kelulusan hanya  sebagai evaluasi bersama disini penulis setuju dengan pernyataan Ki Darmaningtyas dan tidak meanak emaskan hanya beberapa mata pelajaran saja. Evaluasi harus holistik dan kalau perlu terintegrasi. Bahkan ujian nasional ini harusnya hanya bagian kecil dari suatu pendidikan.

Namun untuk kompetensi gurunya penulis setuju dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Itje Chodijah bahwa harus kembali memahami peran guru itu sendiri sehingga tidak tereduksi hanya dengan ujian semata namun dapat memfasilitasi murid untuk membelajarkan dirinya. Tentu kompetensi guru harus lebih ditingkatkan khususnya pada cara komunikasi. Berapa banyak permasalahan yang viral saat ini akar masalahnya adalah kurangya skill komunikasi. Semoga film yang dituliskan diatas dapat menjadi sumber inspirasi bagi setiap guru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun