Mohon tunggu...
Edmu YulfizarAbdan
Edmu YulfizarAbdan Mohon Tunggu... Guru - Guru Pemula

Penulis Buku Pengabdian Literasi Sang Guru (2023) | Menggapai Cahaya Ramadhan dengan Tadarus Pendidikan (2023) | Guru Pembelajaran Sepanjang hayat (2023) | Antologi 1001 Kisah Guru (2023) | Antologi Dibalik Ruang Kelas (2024) | Guru Inspiratif Era Kurikulum Merdeka (2024) |Guru SMA |

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mengurai Miskonsepsi dan Inspirasi mengenai Pembelajaran Differensiasi

31 Oktober 2024   06:32 Diperbarui: 31 Oktober 2024   06:43 1152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penulis pun menggunakan K-W-L Chart untuk mengidentifikasi pemahaman awal guru mengenai differensiasi. Setelah K-W-L Chart penulis lontarkan, ada beberapa guru yang ingin mengetahui bagaimana cara mengaplikasikan serta trik jitu agar pembelajaran differensiasi itu efektif? Bagaimana teknis dalam mencantumkan differensiasi di RPP atau modul ajar?

Berangkat dari 2 pernyataan besar tersebut penulis memulai dengan menampilkan video yang penulis ambil dari PMM (Platform Merdeka Mengajar) mengenai differensiasi. Pendapat penulis PMM ini sangat berguna untuk menambah wawasan guru yang ingin meningkatkan kompetensinya. 

Namun penulis kurang setuju jika PMM ini dijadikan sebagai pengelolaan kinerja jika di setiap daerah pun membuat aplikasi yang serupa. Sehingga pekerjaan guru hanya berkutat kepada hal yang administratif. 

Saran penulis kedepannya jika ingin ada pengeloaan kinerja maka salah satunya harus dihapus. Testimoni penulis mengenai PMM pengelolaan kinerja sebenarnya sangat simple dalam mengisinya, hanya tinggal klik saja. Hal ini menandakan sebenarnya ada upaya dari pemerintah pusat untuk menyederhanakan pelaporan.

Setelah video tersebut diputar, guru mulai mendapatkan pemahaman yang utuh mengenai pentingnya menghadirkan pembelajaran yang bermakna dan mengenai kebutuhan peserta didik serta pemahaman awal peserta didik. 

Lalu salah satu guru pun bertanya, apakah dalam mengetahui pemahaman awal peserta didik ini untuk 1 mapel saja atau seluruh mapel? Penulis menjawab setiap mata pelajaran berhak untuk dilakukan assesmen awal atau biasa disebut dengan assemen diagnostik.

 Lalu dari hasil pemetaan tersebut guru dapat memilih differensiasi baik konten, proses, atau produk. Strategi yang penulis lakukan biasanya adalah menggunakan backward design. 

Apakah backward design ? Backward design adalah pendekatan perencanaan pelajaran yang dimulai dengan menentukan hasil akhir yang diingikan terlebih dahulu sebelum merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian. Adapun skemanya adalah sebagai berikut;

1.Tujuan Pembelajaran yang ditetapkan 

2.Assesmen Awal

3.Identifikasi hasil yang diingikan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun