Hampir meregang nyawa, demi menghadirkan aku dibumi pertiwi.
Tatkala kecil, aku selalu merengek
Betapa kesalnya aku saat engkau tak  bisa memberikan aku barang yang aku mau.
Aku kembali tahu, di depan palang penghinaan putraMu
Ada sebuah jeritan dari dalam nurani yang hampir dijerat sunyi di sudut sepi
Meratap namun enggan meluap amarah
Meleset ke ujung angin
Memeluk harap sembari bertanya
"Ada apa dengan putraku?"
Bunuhkan saja naluriku, jangan dia!
Semayamkan saja, pada relung terdalam hatiku
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!