Cinta itulah yang menjadi kekuatan mengapa masyarakat Manggarai tidak pernah mengabaikan apalagi menolak setiap orang asing yang datang berkunjung ke rumah. Sebab, mereka adalah wajah yang menuntut tanggungjawab dari kami untuk dilindugi dan dijaga.
Meka sebagai wajah liyan tidak pernah menjadi permasalahan bagi orang Manggarai. Kehadiran meka justru menjadi saat bagi orang Manggarai untuk menunjukkan kapasitas keterbukaan dan kesanggupan untuk menerima setiap orang yang datang. Tidak ada perbedaan atau klasifikasi dalam kebiasaan menerima meka. Yang ada hanyalah keterbukaan untuk memberikan segala yang terbaik bagi meka.
Kepustakaan:
B. A, Petrus Janggur, 2011. Butir-Butir Adat Manggarai. Ruteng: Yayasan Siri Bongkok.
Bertens, K, 2006. Filsafat Barat Kontemporer Prancis (Jilid II). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pandor, Pius, 2014. Seni Merawat Jiwa. Tinjauan filosofis. Jakarta: Obor.
Riyanto, Armada (ed), 2011. Aku & Liyan. Kata Filsafat dan Sayap. Malang: Widya Sasana Publication.
Teobaldus Deki, Kanisius, 2011.Tradisi Lisan Orang Manggarai. Membidik Persaudaraan dalam Bingkai Sastra, Jakarta: Parrhesia Institute.