Hal itu sebagai akumulasi kekecewaan Partai Demokrat terkait pilihan cawapres. "Kami menolak kedatangannya (Prabowo) ke Kuningan (kediaman SBY)," kata Andi Arief, saat itu.
Seiring dengan itu, merebak kabar tak sedap di luar arena bahwa Sandiaga Uno telah menggelontorkan duit masing Rp 500 miliar untuk PKS dan PAN. Prabowo kemudian mengumumkan cawapres Sandiaga Uno pada Kamis (9/8/2018) pukul 23.30 WIB, sebelum penutupan KPU besoknya.
Tidak ada Demokrat dalam pengumuman itu. Hadir hanya pimpinan PKS dan Amien Rais disertai elite PAN. Demikian pula Itjima Ulama harus menelan pahit tidak bisa mengusung wakilnya. Kalangan Itjima Ulama dan Demokrat menyindir Prabowo terlalu pede alias percaya diri untuk nyapres hanya karena faktor pragmatisme.
Itu pula, mungkin, yang membuat pertemuan Prabowo dan AHY, Jumat malam kemarin belum membuahkan suatu benang merah kesepakatan berkoalisi ke depan. Bahkan, seolah Prabowo hendak mengatakan bahwa koalisi dengan Partai Demokrat jika terjadi kemungkinan di detik-detik akhir.
Ini merupakan konseukensi dari sistem multi partai politik di Indonesia. Beda dengan di Amerika Serikat yang mengenal dua partai atau di era Orde Baru yang sebenarnya hanya mengenal Partai Golkar sedangkan PPP dan PDI saat itu sekadar pemanis.
Selain multi partai juga sistem presidential threshold yang mematok angka 20 persen suara pemilu. Di mana hanya PDIP yang mampu mencapai ambang batas. Akibatnya, partai lain harus berakrobat untuk mendapat sekutu.
Namun dalam politik juga bisa meminjam perkataan Tuhan, tidak ada yang tak mustahil. Itu sebabnya segala peluang bisa terjadi. Atau meminjam istilah dalam politik tidak ada musuh yang abadi tetapi kepentingan yang terjadi maka kekecewaan AHY batal nyawapres pada 2019, siapa tahu 2024 kesempatan itu terbuka.
Jika pada 2019 seolah kena prank, maka 2024 optimisme harapan terbuka lebar. Mungkin, bukan dengan Prabowo, wacana disandingkan dengan Anies Baswedan tetap terbuka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H