Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

SPBU Terbakar karena Sinyal HP, Antara Mitos dan Fakta

2 Januari 2021   19:08 Diperbarui: 2 Januari 2021   19:11 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SPBU milik PT Pertamina Ritail di Jalan Ababil Kecamatan Sukajadi, Pekanbaru, ludes terbakar pada hari Jumat (1/1) pukul 23.55 WIB.

Kapolresta Pekanbaru Kombes Pol. Nandang Mu'min Wijaya di Pekanbaru mengatakan api diduga berasal dari frekuensi handphone yang berbunyi dari dalam mobil yang sedang melakukan pengisian BBM. Ia menyebutkan frekuensi ponsel itu menimbulkan percikan api dan menimbulkan kebakaran.

PT Pertamina pernah menyatakan kebakaran SPBU juga terjadi di Pati dan Temanggung, Jawa Tengah, pada 2019.  Dugaan juga disebabkan karena adanya aliran statis saat melakukan pengisian. Namun, tidak dijelaskan apakah listrik statis itu bersumber dari ponsel yang aktif.

Hingga saat ini perusahaan pelat merah itu tetap melarang penggunaan ponsel di kawasan SPBU. Disebutkan penggunaan gawai berpotensi menyebabkan kebakaran. Penjelasan Pertamina adalah saat pengisian, uap bensin kelaur dari nozzle. Kemudian uap itu terkena sumber panas maka bisa memicu kebakaran.

Penjelasan lain adalah ponsel merupakan portable electronic produck (PEP) yang tidak didesain dan bersertifikat untuk digunakan di kawasan yang Explosive Atmosphere.

Keterangan resmi Pertamina menyebutkan bahwa PEP di hazaroud zona 1 SPBU berpotensi tinggi mengakibatkan insiden serius seperti kebakaran dan ledakan.

Penjelasannya saat peralatan ponsel tersebut dalam keadaan aktif kemudian ada panggilan masuk, ada percikan api dari sirkuit batere dengan penutup atau casing yang didesain kedap gas maka berpotensi percikan api yang menyebabkan kebakaran.

Pertamina juga membantah bahwa penggunaan ponsel akan menganggu takaran dalam dispenser saat pengisian. Disebutkan server terpisah pada despenser sehingga tidak berpengaruh dengan frekuensi yang beda sirkuit.

Bahasa sederhananya yaitu ponsel yang memiliki sinyal yang menghantarannya melalui udara. Ketika ada pengisian BBM ada uap gas. Jika uap dan sinyal beberangen masuk, sinyal bisa mengantar api jadi percikan api.

Uap dari BBM mudah terbakar. Dapat masuk ke dalam ponsel, di mana di dalam ponsel terdapat aliran listrik yang cukup sebagai sumber percikan api.

Sebenarnya lampu LED yang menyala saat menerima telepon atau browsing menghasilkan frekuensi tinggi tetapi percikan api hanya seukuran 1 mikron sehingga tak mampu menyulut api bensin di udara terbuka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun