Dalam kampanye Pilpres 2019, Ma'ruf Amien sebagai cawapres bersama Jokowi, juga menggagas wisata halal ini. Mantan Ketua Umum MUI, saat itu, membayangkan maraknya hotel syariah dan travel syariah.
Namun, gagasan wisata Halal oleh Sandi di Bali, langsung ditolak Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali Anak Agung Yuniartha hingga Gubernur Wayan Koster. Mereka menegaskan bahwa karakter Bali yaitu pariwisata berbasis budaya.
Mereka menyebutkan bahwa gagasan Sandi itu mengembangkan branding yang akan mempersempit dan mengecilkan branding yang sudah ada di Bali.
Pandangan serupa juga pernah disampaikan Guru Besar Geografi Regional UGM M. Baiquni. Ia mengatakan apabila masyarakat berasal dari berbagai golongan, maka sebaiknya wisata yang mengedepankan unsur tertentu dihindari. Apalagi di Bali, yang beragam multikultural maka sulit mengedepankan pariwisata halal.
Ketika, kini gagasan Sandi itu muncul lagi dalam kapasitas sebagai Menkeraf, maka seolah kembali kepada gagasan usang yang sudah muncul sejak 2017, dan diulang dalam kampanye 2019.
Program Sandi itu pun langsung mengundang reaksi penolakan. Misalnya disampaikan relawan Jokowi,  seperti Seknas Jokowi. Relawan Jokowi itu menegaskan bahwa  daerah wisata merupakan ruang milik publik yang tidak boleh disekat-sekat karena suku, agama dan ras tertentu. Beda halnya dengan tempat ibadah.
Sekjen Seknas Jokowi Dedy Mawardi menyebutkan gagasan itu pasti akan terjadi penolakan di Bali, Raja Ampat, Mentawai, dan Samosir.
"Buatlah program wisata yang lebih kebhinekaan dari aspek budaya atau kekhasan daerah dari pada ngomong soal wisata halal,"Â katanya mengingatkan.
Seolah hendak menyentil Sandi, Seknas Jokowi itu, mengatakan menteri harus paham bahwa yang dijalankan adalah visi, misi, dan program Presiden Jokowi.
Merujuk pada Muslim Travel Index (GMTI), ada tingkatan kebutuhan warga muslim dalam berwisata. Dari yang bersifat pemenuhan kebutuhan iman  seperti tempat salat dan makanan halal.
Namun, ada pula pada tingkatan di mana turis muslim tidak hanya terpenuhi kebutuhan primer seperti tempat salat dan makanan halal, tetapi juga membutuhkan kegiatan non halal dan fasilitas rekreasi yang sesuai syariat Islam.
Tak pelak juga kemudian, ada kolam renang khusus pria dan wanita. Hingga kegiatan pantai yang tidak boleh mengenakan pakaian yang you can see, apalagi bikini.