"Bapak Budi Gunadi Sadikin, beliau sebelumnya adalah Direktur Utama Bank Mandiri, kemudian menjadi Direktur Utama PT Asahan Aluminium, dan terakhir menjadi Wakil Menteri BUMN. Dan sekarang kita berikan tanggung jawab untuk memimpin Kementerian Kesehatan," kata Jokowi saat mengumumkan menteri baru di Istana Merdeka, Selasa (22/12).
Inilah terobosan Jokowi di antara sekian manuver yang telah dilakukan dalam pengangkatan menteri. Bagaimana Jokowi pernah mengangkat mantan Jenderal TNI Fahrul Razi menjabat Menteri Agama. Terobosan Jokowi itu pernah dilakukan Soeharto saat mengangkat jenderal mengomando soal keagamaan.
Namun, zaman sudah berubah. Kebijakan mantan Wakil Panglima TNI itu ternyata banyak ditolak dan mengundang kontroversi di habitat yang mengurus kehidupan menuju surga itu. Pernyataan celana cingkrang dan cadar di instansi pemerintah, misalnya, Â jadi polemik.
Kontroversi lainnya, kebijakan sertifikasi dai menuai penolakan. Demikian pula pendaftaran majelis taklim membuat kritik dianggap kembali ke Orde Baru. Demikian pula 155 judul buka pelajaran agama Islam yang dirombak karena mencantumkan khilafah ternyata juga menyulut kontroversi.
Fahrul juga memberi perpanjangan surat keterangan terdaftar (SKT) Front Pembela Islam (FPI). Pernyataan pentolan relawan Bravo 5 ini ini tentu mengecewakan di tengah sepak terjang ormas bentukan Rizieq Syihab itu.
Kini, Menteri Agama dikembalikan kepada tokoh muslim Ketua PP GP Ansor. Tokoh muda NU dan politikus PKB ini dikenal keras dalam pernyataan melawan FPI. Ansor dan FPI kerap terjadi silang pendapat juga kontra aksi di lapangan.
Setelah Menteri Agama yang didapuk seorang jenderal yang tentu saja untuk menangkal radikalisme di tanah Air tetapi ternyata gagal, Jokowi membuat terobosan mengangkat Menteri Kesehatan berlatar bankir.
Budi yang menjabat Wakil Menteri BUMN memang menorehkan hasil gemilang ketika menjadi Direktur Utama PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum berhasil merebut 51 persen saham PT Freeport. Capaian yang diidamkan Jokowi sejak awal mengambil alih perusahaan asing.
Jejak karier alumnus bidang Fisika Nuklir dari IPB pada 1988 itu banyak berkecimpung di perbankan. Sejak 1994 ia masuk Bank Bali sebelum kemudian mencapai puncak karier perbankan sebagai Direktur Bank Mandiri pada 2013.
Selain Menjabat Wakil Menteri BUMN, Budi juga menjabat Ketua Satgas Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Dalam suatu acara yang diselenggarakan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI), Jumat (18/12), ia mengkritik bahwa sektor kesehatan belum optimal.
Ia menegaskan bahwa kebijakan yang diterapkan di bidang kesehatan seharusnya berbeda dari kebijakan mengatasi krisis ekonomi. "Sektor kesehatan harus menjadi yang terdepan (dalam merespon pandemi ini), bukan ekonomi," ia menegaskan.
Dalam hal ini, banyak yang sepakat bahwa di era pandemi Covid-19, sektor kesehatan harus menjadi garda terdepan dalam pemulihan kondisi bangsa. Terobosan baru mutlak diperlukan agar bisa memecah kebuntuan dari melonjaknya kasus penularan virus corona.
Budi diharapkan melakukan serangkaian langkah terutama dalam mengatasi Covid-19. Keseriusan dan Kecekatan Budi mutlak dibutuhkan di tengah gesekan dunia untuk memperebutkan vaksin dan sarana medis menghambat pandemi.
Selama ini melalui Kementerian BUMN, banyak hal sudah dilakukan seperti mendatangkan alat-alat dan perangkat deteksi corona hingga mencari vaksin. Semua itu ditengarai sebagai langkah-langkah Budi saat menjabat sebagai wamen dan satgas PEN.
Jokowi tampaknya lebih melihat sosok manajerial dalam mengelola bidang kesehatan terkait wabah global ini. Budi diharapkan menawarkan konsep baru untuk menggerakkan kementerian yang butuh bergerak cepat melawan pandemi.
Gelagat untuk mengganti Terawan memang sudah terasa sejak awal Covid-19 terdeteksi di Indonesia. Dokter militer dengan pangkat jenderal bintang tiga itu dinilai gagal melakukan penanganan Covid-19.
Koalisi untuk Indonesia Bebas Covid-19, Senin kemarin, bahkan membuat petisi yang menyatakan Terawan Agus Putranto telah gagal sebagai Menteri Kesehatan dan minta Jokowi menggantinya.
Nama Budi kemudian banyak diunggulkan dalam bursa pengganti Terawan. Budi dianggap mampu melakukan reformasi manajemen dan sistem kesehatan publik. Bahkan cita-cita Budi memberikan vaksin Covid-19 sebanyak 16 juta orang dianggap memberikan angin segar dalam mengatasi pandemi yang sudah mendera setahun ini.
Tentunya, dengan latar Budi sebagai wamen dan berkecimpung sebagai Ketua Satgas PEN akan memberikan bekal dalam menjejakkan langkah dalam mengatasi pandemi yang tidak mudah. Ia sudah menguasai medan sehingga tidak perlu lagi penjajakan tetapi langsung tancap gas.
Termasuk pilihan menggunakan vaksin Sinovac asal Tiongkok yang akan disuntikkan kepada warga, apakah mungkin bisa dievaluasi. Sedangkan Singapura justru menggunakan vaksin corona yang dikembangkan Pfizer dan BioNtech. Pilihan Singapura banyak disebut lebih baik.
Pemerintah Indonesia semula beralasan, fasilitas pendingin untuk penyimpanan dan distribusi yang disiapkan harus diubah bila menggunakan vaksin asal Inggris itu. Sedangkan yang sudah disiapkan adalah untuk Sinovac. Dosis 1,2 juta sudah masuk dan 1,8 juta segera masuk akhir bulan ini.
Selanjutnya, urusan kesehatan tidak hanya di bidang Covid-19 tentunya. Bidang kesehatan lainnya tak kalah menyita energi dan penanganan. Inilah pertaruhan lainnya dari sosok Budi.
Namun, seperti halnya ia sukses di perbankan dan Inalum, Jokowi berharap bisa menyinergikan bidang kesehatan. Meskipun, pertanyaan wajib perlu diajukan apakah tidak ada dokter mumpuni yang hebat di manajerial, jika itu dibutuhkan Jokowi?
Seperti halnya Menteri Agama yang berlatar jenderal TNI tidak diperpanjang Jokowi, diharapkan Budi bisa membalik keadaan dari bankir sukses memimpin Kementerian Kesehatan.
Jokowi pun menulis pesan di akun Instagramnya: 'Yang lalu biarlah berlalu, menjadi kenangan, juga pelajaran. Kita menatap hari esok dengan tekad, semangat, dan memancang harapan yang baru'.
Presiden juga menulis: 'yang baru harus lebih baik'. Semoga bukan blunder lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H