Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kata Obama, "Kok Bisa Ya Orang Seperti Itu Diidolakan?"

18 November 2020   16:27 Diperbarui: 18 November 2020   17:01 1134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Washington - Mantan Presiden AS Barack Obama meluncurkan buku terbarunya A Promised Land. Hal yang menarik adalah pembicaraan tentang Donald Trump, selain memoar terkait peluncuran buku berbau Kitab Suci itu 'Tanah Perjanjian'.

Barack Obama mengatakan tidak habis pikir kenapa Presiden Donald Trump bisa menjadi idola. "Kok bisa ya orang seperti Trump diidolakan?" Obama yang pernah tinggal di Jakarta itu mempertanyakan.

Anak Menteng itu juga meragukan apakah Trump benar-benar tahu problem rakyat kebanyakan. "Bagaimana bisa ia jadi simbol merakyat," katanya.

Bagi Obama, presiden adalah pelayan publik. Jika habis jabatan maka harus mengutamakan bangsa dan negara dan melampaui sikap ego sendiri atau kepentingan diri.

Presiden ke-44 itu menuturkan mengenai pembusukan kebenaran. Di mana demokrasi tertatih-tatih ke ambang krisis. Hal itu kian nyata dalam diri Trump. Awalnya kebenaran diabaikan, lalu direkayasa agar orang mulai meragukan kebenaran, dan akhirnya kebenaran itu dibusukkan.

Obama pun menyoroti telah terjadi perpecahan. Tidak hanya para politisi tetapi juga para pemilih. Amerika telah beralih dari tidak setuju menjadi saling membenci orang lain. Ia pun wanti-wanti pada sejarah Amerika di mana di bawah Abraham Lincoln terjadi perang saudara.

Ia masih belum bisa memastikan bagaimana transisi kepemimpinan dari Trump kepada Joe Biden. Apakah Trump akan mengadakan pesta kecil penyambutan terhadap presiden terpilih. Kemudian keluar dari ruang oval di Gedung Putih beriringan ke tempat pelantikan. Di mana Trump dan Melania akan menjadi bagian dari hadirin dalam acara pelantikan Presiden ke-46.

Potret Proses pemilihan presiden di AS nyaris potret yang terjadi di Indonesia. Meski, Prabowo Subianto sebagai rival kini bersedia bergabung dengan kubu presiden terpilih Joko Widodo tetapi residu kampret dan kecebong masih terus menggema hingga saat ini.

Kubu Loyalis Prabowo yang mati-matian memperjuangkan Prabowo memang tidak ikut gerbong Prabowo menuju Istana. Gerbong itu tidak ikut bergerak bersama Prabowo pada Oktober 2019 lalu. Ia bergerak ke arah lain ketika Prabowo menuju Istana Negara di jalan Merdeka Utara.

Mungkin gerbong itu memisahkan diri di Patung Kuda, belok kiri, ke kawassan Tanah Abang dan seterusnya. Mungkin ada yang ke kawasan Petamburan, ada yang kembali ke DPR sebagai partai opoisi. Ada yang kembali ke Cikeas.  Artinya, memilih tidak dalam satu komando dengan mantan Danjen Kopassus itu.

Seperti halnya di Amerika saat ini, Trump masih terus teriak dicurangi oleh Joe Biden. Demikian pula di Indonesia nada-nada mirip Trump masih ada hingga kini meski bukan disuarakan Prabowo. Mereka menilai Pilpres 2019 penuh ketidakberesan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun