Mohon tunggu...
editan to
editan to Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengelola Usaha Percetakan

memperluas cakrawala

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Oposisi Menguat Tak Perlu Ditakutkan

11 November 2020   12:59 Diperbarui: 11 November 2020   13:10 157
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurut oposan Jokowi, Rocky Gerung, selain ada mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo kehadiran Rizieq Syihab akan makin menguatkan posisi oposisi yang selalu bersebarangan dengan kebijakan pemerintah.

Keberadaan oposisi yang sehat memang perlu dalam alam demokrasi. Diharapkan tata cara mengkritik pemerintah bisa dilakukan dengan beradab dengan menghindari sikap pembangkangan yang berujung pada sikap kekerasan.

Sangat disayangkan jika kemudian sikap anti pemerintah disampaikan melalui agitasi dengan bahasa dan pernyataan tanpa mengindahkan etika dan keseponan. Misalnya, dengan kata sumpah serapah, dan kata-kata nama binatang.  

Kehadiran oposisi yang santun akan membawa suasana nyaman dalam masyarakat. Demikian pula pernyataan oposisi yang memberikan solusi memberikan nilai pada kehidupan kebangsaan.

Diharapkan pemerintah tidak apriori terhadap sikap dan masukan dari oposisi. Memang akan sulit merangkul oposisi karena tujuan beroposisi adalah mencapai kekuasaan. Namun, keberadaan opisisi justru menjadikan pemerintah akan lebih baik.

Pemerintah yang mengutamakan pelayanan kepada masyarakat dengan mengedepankan aspek transparansi secara pelan tapi pasti akan mendegradasi sikap berseberangan kubu oposisi. Justru legitimasi kepada pemerintah akan menguat jika pemerintah berhasil mewujudkan kebijakan untuk memenuhi kesejahteraan masyarakat.

Oposisi selalu masuk segala celah. Ia akan menggerogoti sisi lemah dari kekuasaan. Tujuannya menenggelamkan kekuasaan dan menggantikannya. Hal ini perlu disadari dan mengandaikan bahwa pemerintah tidak ada cela. Pemerintah harus sempurna dalam segala hal.

Kontradiksi akan muncul. Sebagaimana misalnya, perbedaan keterangan soal deportasi Rizieq Syihab. Antara pemerintah dan Rizieq terjadi kontradiksi yang menonjol. Rizieq berargumen visanya telah dihidupkan kembali dan diperpanjang. Pemerintah menegaskan bukan perpanjangan visa tetapi sebatas tinggal untuk bertolak ke Indonesia hingga 11 November 2020 alias deportasi.

Kemudian tudingan pemerintah RI menghambat kepulangan Rizieq dan upaya pihak-pihak tertentu menghalang-halangi dan mengacaukan tiket kepulangannya. Meski hanya sebatas omongan tanpa menyertakan bukti otentik, bagi sebagian orang terutama pendukung Rizieq hal tersebut merupakan kebenaran.

Fanatisme telah muncul dalam hal ini. Bahkan, sikap mengarah kepada pengkultusan terjadi. Menghadapi hal semacam ini, banyak orang, memilih untuk berdiam diri dengan berharap suatu saat kebenaran yang akan muncul dengan sendirinya.

Namun, sikap apriori semacam itu keliru dalam pembangunan masyarakat. Kebohongan yang bertumpuk kemudian bisa dianggap kebenaran. Tak ada kata lain kecuali mengungkapkan fakta untuk melawan agitasi tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun