Mohon tunggu...
Edis setyawan
Edis setyawan Mohon Tunggu... Mahasiswa -

"Lantip Ngroso Ing Pangroso ,Olah Nalar,Olah Manah Lan Menggalih"

Selanjutnya

Tutup

Healthy

[Kisah Nyata] ODHA Berbagi Cerita

1 Desember 2015   01:25 Diperbarui: 4 April 2017   17:36 1443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Binpers.com

Pak Dadab (53)-bukan nama sebenarnya-, bertempat tinggal di kampung pelosok salah satu Kecamatan di kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau memiliki istri dan seorang anak, Wid (26), anak laki-laki yang kini sudah berkeluarga dan di karuniai 2 orang anak perempuan, yaitu Na(5) dan Nb (2). Sederhana, bertani sebagai kerjaan utama.

Tepat pukul 18.00 Wib, Sabtu 30/11/2015, sehabis shalat maghrib, saya terpikir untuk mendatangi sosok Pak Dadab yang menurut informasi yang saya terima dari kawan LSM PKBI dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, beliau mengidap virus HIV. Harapan saya bisa ikut menumbuhkan semangat. Setengah jam saya berkendara motor, akhirnya sampai ke rumah beliau. Sambutan hangat sudah terlihat dari kejahuan, tatapan mata beliau dari atas gethek (tempat duduk dari bambu) yang tepat berada di depan rumahnya, rupanya beliau ngisis (cari udara segar).

"Monggo mas, pinarak, sue ora ketemu." logat jawa kental, sapa Pak Dadab.

Saya pun menjawab " injih matur nwun Pak ", saya pun ikut duduk di atas gethek. 

Belum menyampaikan maksud dan tujuan saya silaturahim, beliau lebih dulu cerita, "Mas banyu kok yo larang, kapan desaku  makmur banyu, sumber ono tapi kok sing ngelola durung pinter (air sulit ,kapan Desa kita makmur air, Sumber ada tapi yang mengelola kurang Pinter). "kritiknya.

Banyak Hal yang beliau diskusikan, hampir 1 jam saya tidak bisa menyela bahan diskusi beliau, melihat jam di handphone saya sudah menunjukkan pukul 20.00 wib, sayapun memberanikan diri untuk menyampaikan, karena saya pun bingung mau darimana, takut menyinggung karena beliau sudah terpapar HIV oleh pendamping dari Dinas Kesehatan maksud tujuan saya, tanpa basa basi tho the point, " Mohon maaf pk, ya mas ,jawab pk dadab, saya dapat informasi dari kawan  dinas Kesehatan jenengan positif, bisa berbagi cerita dengan saya pak   , beliau pun menjawab tanpa "tedeng aling-aling"(terbuka), iya mas,saya positif HIV dan ini masa AIDS, degan santai tanpa beban,  lalu beliau bercerita :" sekitar Pertengahan tahun 2013 saya merasakan  badan capek, males bekerja, tidak nafsu makan, diare terus - menerus , gelisah, gatal-gatal yang saya rasakan , gejala apa ,saya tidak tau, saya pikir hanya sakit orang Ndeso (saya kira hanya sakitnya orang desa sudah biasa), ungkapnya.

Awal bulan, di Tahun 2014 , Wid (26),dan Mrh (25) istrinya , melihat bapaknya semakin lemah , gejala HIV oleh Mrh (25), mantu dari pak dadap, saya sudah  curiga berdasarkan pengalamannya menjadi kader dusun, " saya pernah dapat penyuluhan tentang HIV-AIDS dari Dinas Kesehatan, sedikit-sedikit saya tau , tetangga saya beberapa bulan yang lalu ada yang meninggal karena AIDS, di ketahui ada Virus HIV baru saja padahal sudah menjangkiti tubuh bertahun-tahun, gejala yang saya lihat kok sama dengan tetangga saya , sayapun punya keyakinan demikian. Jelas anak mantunya yang sangat peduli .

Januari 2014 , bapak saya periksakan ke Rumah Sakit "Jebugan"  (Panembahan Senopati), Kabupaten Bantul, setelah di tes , dan menunggu beberapa jam , akhirnya dokter keluar dan memanggil bapak saya, rupanya dokter sudah memberikan hasil tes kepada bapak saya sekaligus memberikan pengertian -pengertian , 45 menit  di dalam  ruangan , dokter dan bapak saya keluar, saya melihat tubuh bapak saya lemas,mukanya kusut serasa tidak bergairah, sayapun bergegas tanya dokter , dokter membawa saya dan suami ke dalam ruangan , Monggo mb mas amplopnya di baca , ini hasil pemeriksaan. katanya.

" Astaghfirullah,Allahu Akbar ,teriaknya. saya gulung-gulung nangis , padahal saya baru hamil 3 bulan, tidak bisa terima hasil tesnya,tidak percaya  bapak saya mengidap HIV, pikiran saya kalut dengan suami, saya mikirin ibu saya, jangan-jangan terjangkiti juga . campur aduk mas pikiran ,adanya tiap hari hanya nangis.

Saran  dokter   Jebugan biar valid  , Bapak saya  suruh tes di Lap di salah satu kota di Yogyakarta, hasilnya dari lap juga sama bapak positif HIV. terangnya.

 Menyaut pak dadab " 2 tahun saya menjalani penyakit ini, pertama ketika di jelaskan dokter mengenai penyakit saya , saya biasa saja, bingung ,sedih setelah mendapat penjelasan apa itu HIV?, justru yang  tidak bisa menerima keluarga saya ,  tiap hari jam 9 pagi dan jam 9 malam minum obat, Pagi 3 butir , malam juga 3 butir,  Mati kui takdire Gusti ,Manungso loro , wajibe  usaha ngobatke ( Mati itu takdirnya Tuhan, Manusia sakit kewajibannya usaha cari obat), tak lakoni mas, loroku iki, sing jelas bagiku ono hikmah e( saya jalani mas, penyakit saya ini, yang pasti ada hikmah di balik sakit saya ini).

" Nek bapak niku boten mikirke lorone mas ,malah sing di pikirke wong liyo tonggo teparo nek ngerti bapak loro penyakit langka ,engko gek-gek di incilke" ( Kalau bapak tidak mikirkan sakitnya mas, tetapi yang di pikirkan tetangga dekat, kalau tahu  bapak memiliki penyakit langka , bagi yang tidak paham , saya khawatir di kucilkan), ungkap mantu yang penuh haru.

Cerita Bapak Dadab ini memberikan semangat ,harapan untuk orang dengan HIV-AIDS (ODHA) untuk selalu optimis , HIV tidak untuk di sesali tetapi di obati , tidak ada sesuatu yang Ia ciptakan dengan sia-sia ,semua ada Hikmahnya.  

Virus HIV bisa menyerang siapa saja tidak membedakan "kasta",semua potensi kena " JAUHI VIRUSNYA , BUKAN ORANGNYA"

 

Selamat Hari AIDS 

Yogyakarta, 1 Desember 2015

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun