Gambar Binpers.com
Pak Dadab (53)-bukan nama sebenarnya-, bertempat tinggal di kampung pelosok salah satu Kecamatan di kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau memiliki istri dan seorang anak, Wid (26), anak laki-laki yang kini sudah berkeluarga dan di karuniai 2 orang anak perempuan, yaitu Na(5) dan Nb (2). Sederhana, bertani sebagai kerjaan utama.
Tepat pukul 18.00 Wib, Sabtu 30/11/2015, sehabis shalat maghrib, saya terpikir untuk mendatangi sosok Pak Dadab yang menurut informasi yang saya terima dari kawan LSM PKBI dan Dinas Kesehatan Kabupaten Gunung Kidul, beliau mengidap virus HIV. Harapan saya bisa ikut menumbuhkan semangat. Setengah jam saya berkendara motor, akhirnya sampai ke rumah beliau. Sambutan hangat sudah terlihat dari kejahuan, tatapan mata beliau dari atas gethek (tempat duduk dari bambu) yang tepat berada di depan rumahnya, rupanya beliau ngisis (cari udara segar).
"Monggo mas, pinarak, sue ora ketemu." logat jawa kental, sapa Pak Dadab.
Saya pun menjawab " injih matur nwun Pak ", saya pun ikut duduk di atas gethek.Â
Belum menyampaikan maksud dan tujuan saya silaturahim, beliau lebih dulu cerita, "Mas banyu kok yo larang, kapan desaku makmur banyu, sumber ono tapi kok sing ngelola durung pinter (air sulit ,kapan Desa kita makmur air, Sumber ada tapi yang mengelola kurang Pinter). "kritiknya.
Banyak Hal yang beliau diskusikan, hampir 1 jam saya tidak bisa menyela bahan diskusi beliau, melihat jam di handphone saya sudah menunjukkan pukul 20.00 wib, sayapun memberanikan diri untuk menyampaikan, karena saya pun bingung mau darimana, takut menyinggung karena beliau sudah terpapar HIV oleh pendamping dari Dinas Kesehatan maksud tujuan saya, tanpa basa basi tho the point, " Mohon maaf pk, ya mas ,jawab pk dadab, saya dapat informasi dari kawan dinas Kesehatan jenengan positif, bisa berbagi cerita dengan saya pak  , beliau pun menjawab tanpa "tedeng aling-aling"(terbuka), iya mas,saya positif HIV dan ini masa AIDS, degan santai tanpa beban, lalu beliau bercerita :" sekitar Pertengahan tahun 2013 saya merasakan badan capek, males bekerja, tidak nafsu makan, diare terus - menerus , gelisah, gatal-gatal yang saya rasakan , gejala apa ,saya tidak tau, saya pikir hanya sakit orang Ndeso (saya kira hanya sakitnya orang desa sudah biasa), ungkapnya.
Awal bulan, di Tahun 2014 , Wid (26),dan Mrh (25) istrinya , melihat bapaknya semakin lemah , gejala HIV oleh Mrh (25), mantu dari pak dadap, saya sudah curiga berdasarkan pengalamannya menjadi kader dusun, " saya pernah dapat penyuluhan tentang HIV-AIDS dari Dinas Kesehatan, sedikit-sedikit saya tau , tetangga saya beberapa bulan yang lalu ada yang meninggal karena AIDS, di ketahui ada Virus HIV baru saja padahal sudah menjangkiti tubuh bertahun-tahun, gejala yang saya lihat kok sama dengan tetangga saya , sayapun punya keyakinan demikian. Jelas anak mantunya yang sangat peduli .
Januari 2014 , bapak saya periksakan ke Rumah Sakit "Jebugan" (Panembahan Senopati), Kabupaten Bantul, setelah di tes , dan menunggu beberapa jam , akhirnya dokter keluar dan memanggil bapak saya, rupanya dokter sudah memberikan hasil tes kepada bapak saya sekaligus memberikan pengertian -pengertian , 45 menit di dalam ruangan , dokter dan bapak saya keluar, saya melihat tubuh bapak saya lemas,mukanya kusut serasa tidak bergairah, sayapun bergegas tanya dokter , dokter membawa saya dan suami ke dalam ruangan , Monggo mb mas amplopnya di baca , ini hasil pemeriksaan. katanya.
" Astaghfirullah,Allahu Akbar ,teriaknya. saya gulung-gulung nangis , padahal saya baru hamil 3 bulan, tidak bisa terima hasil tesnya,tidak percaya bapak saya mengidap HIV, pikiran saya kalut dengan suami, saya mikirin ibu saya, jangan-jangan terjangkiti juga . campur aduk mas pikiran ,adanya tiap hari hanya nangis.
Saran dokter  Jebugan biar valid , Bapak saya suruh tes di Lap di salah satu kota di Yogyakarta, hasilnya dari lap juga sama bapak positif HIV. terangnya.