Iseng-iseng berkomentar di salah satu WhatsApp Grup ( WAG) di Android pribadi. Dan berawal dari pembahasan yang lucu dengan salah seorang teman saya, yang cukup kocak, sebut saja sapaannya, Mas Nur, ya! Begitu sapaan yang klasik yang biasa kami “candakan” padanya.
Salah seorang yang begitu elegan namun memiliki paras dan mimik wajah yang bersahaja, plus tampan dan pemberani. Dan satu lagi perihal tentang dia, yakni, menulis. Beliau banyak memberikan motivasi untuk selalu menulis.
Dari hasil perdiskusian ngawur tersebut terlintas dalam benak saya untuk menulis sebuah tulisan, yakni bertemakan, “Apapun Pandeminya Tetaplah Bernafas”. Iseng-iseng berkomentar, ehh, iseng-iseng namun mempunyai dampak yang baik, hehehe...
By the way (btw) setelah melakukan perenungan yang terjadi belakangan ini, terkhususnya terkait Pandemi COVID-19. Dalam benak saya berpikir, begitu banyak permasalahan yang didapati dan diderita oleh Republik Indonesia.
Semenjak lahirnya pada tanggal 17 Agustus tahun 1945 sampai saat ini, 14 Mei tahun 2020. Begitu banyak hal yang telah didapati dan dilewati bangsa ini.
Sejak awal kemerdekaan saja coba kita runutkan, mulai dari 10 November Tahun 1945 pertempuran pertama pasukan Indonesia dengan pasukan asing, PRRI dan Permesta (1958), G30s/PKI 1965, Genosida (1965-1966) pembantaian anggota PKI, Reformasi (1998) jatuhnya orde Soeharto, Lepasnya Timor Timur (1999), Tsunami Aceh (2004), Malaria (2015). Dan peristiwa terbaru ialah “Pandemi Corona Virus Disease-19 (COVID-19).”
COVID-19 memberikan dampak yang buruk terhadap bangsa Indonesia. Bahkan, COVID-19 berhasil memporak-porandahkan ekonomi di seluruh dunia. Tak memandang suatu negara adalah negara maju, negara berkembang, maupun negara gagal, COVID-19 berhasil menembus pertahanan.
Dalam kurun waktu dua bulan ini saja, merosotlah ekonomi, budaya, sosial, dan semangat masyarakat kita. COVID-19 telah menjadi trending topik di seluruh dunia, yang bermula dari daerah kota Wuhan provinsi Hubei, Tiongkok hingga merebak ke pelbagai negara di dunia. Seakan-akan kita butuh yang namanya “Gerilya”. ya! Bagaikan buku berjudul “GERPOLEK (Gerilya, Politik, dan Ekonomi) karya Tan Malaka”. Hmp..! jangan dijarah ya. Hehehe.
Kurang-lebih dua bulan ini juga Pandemi COVID-19 sudah merebak di pelbagai daerah Indonesia. Namun, yang buat Ane bingung, manakala melihat kolom komentar para netizen Indonesia yang asik berdebat. Memperdebatkan imbauan, regulasi, undang-undang, dan peraturan dari pemerintah.
Namun, yang lebih anehnya, manakala melihat komentar netizen yang mengatakan “sudah jangan berdebat lagi, tapi mari coba berikan solusi.” Saya tertawa aja. Kan media sosial diciptakan sebagai tempat beradu “argumen” juga, toh. bukan hanya memamerkan “Body Goals” juga. Bukan hanya membalas rindu sama si doi, kan? Hehehe... biarkan saja mereka beradu argumen.
“Apapun yang terjadi, teruslah bernafas.” Begitu kalimat yang paling berkesan bila mengingat salah seorang tokoh kartun pada sinema SpongeBob SqurePants, “Jack Kahuna Laguna” dikala SpongeBob, Patrick, dan Tuan Squidward mengomel memaksa Tuan Jack Kahuna Laguna untuk melatih mereka cara berselancar yang baik, ia tidak mengatakan apapun,