Mohon tunggu...
Edi Purwanto
Edi Purwanto Mohon Tunggu... Administrasi - Laskar Manggar

Aku ingin melihat binar bahagia di matamu, wahai Saudaraku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ayahku Pahlawanku

17 November 2021   11:15 Diperbarui: 17 November 2021   12:10 1279
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

I Love You, Ayahku Pahlawanku

Tanggal 12 November diperingati sebagai Hari Ayah. Dua hari sebelumnya, tanggal 10 November, kita peringati sebagai hari Pahlawan. Oleh karena itu, tema pada tulisan ini adalah Ayahku Pahlawanku.

Cerita, Sang Ayah yang Penuh Hikmah.

Suatu hari, Lukmanul Hakim ingin mengajarkan hikmah kepada Putranya. Beliau mengajak putranya ke pasar, seraya membawa seekor keledai, yakni sekor kuda kecil. Awalnya Beliau yang naik ke punggung keledai, sementara anaknya berjalan kaki menuntun keledai tersebut. Orang yang kebetulan bertemu mengomentari, Lukman sebagai orang tua yang tidak memiliki kasih sayang dan kejam kepada anaknya, karena membiarkan anaknya berjalan kaki, sementara dirinya duduk di atas keledai.

Mendengar komentar masyarakat, Lukman pun lantas merubah posisinya. Anaknya naik keledai dan Beliaunya jalan kaki. Ternyata komentar masyarakat pun berubah. Mereka menuduh sang anak tidak sopan, membiarkan orang tuanya berjalan kaki. Mendengar komentar masyarakat, Lukman pun merubah skenario, mereka berdua naik ke keledai. Melihat ada dua orang menunggang keledai yang kecil, masyarkat pun berkomentar, bahwa mereka tidak punya perasaan perikehewanan, dan tidak sayang binatang, karena menaiki keledai berdua.

Mendengar kritik masyarakat yang demikian, Lukman berubah sikap. Mereka lantas turun dari keledai, dan berjalan seraya menuntun keledai. Melihat ada orang yang menuntun keledai, masyarakat pun mengolok-oloknya sebagai orang yang bodoh, karena keledainya tidak dinaiki, padahal mereka kepayahan. Mendengar olok-olok masyarakat demikian, kemudian Lukman merubah sikap, mereka berdua lantas menggotong keledainya. Melihat ada orang yang menggotong keledai, ternyata komentar orang pun tidak berhenti, mereka mengoloknya sebagai orang gila, karena keledai bukannya dinaiki, malah digotong.

Dari peristiwa tersebut, Lukman pun berpesan kepada putranya. Betapa bisa berubah-ubahnya pandangan masyarakat. Dan jika kita sudah yakin pada suatu kebenaran, maka tetaplah istiqomah pada kebenaran itu, apapun komentar orang lain.

Ayahku Guruku, Ayahku Pahlawanku

Ada tiga hikmah dari peringatan Hari Ayah sekaligus hari Pahlawan. Pertama, Menjadi Ayah adalah menjadi guru, sekaligus tauladan dalam Keluarga. Sebagaimana kisah Lukman di atas ketika mendidik putranya. Beliau sebagai seorang ayah, membersamai dan mengajak putranya, mengajarkan hikmah walau sambil berjalan menuju pasar.

Ayah adalah guru dalam aqidah, ibadah dan akhlak serta aspek kehidupan lannya. Sebagaimana yang diajarkan oleh Lukman kepada putranya agar putranya tidak melakukan syirik. Dan itu semua sebagai bentuk tanggung jawab seorang ayah kepada keluarganya. Allah SWT berfirman :

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka .. (QS At Tahrim (66) : 6).


Menjadi Ayat Adalah Menjadi Teladan, Penyemangat dan Motivator serta pendukung. Ayah adalah pemimpin, maka ketika kita menjadi ayah, dituntut memberi teladan bagi anggota keluarga kita. Ing ngarso sung tuladha. Setiap kita sebagai ayah, dan kepala rumah tangga, kita dituntut mempunyai jiwa keteladanan, memberi contoh bagi anggota keluarganya.

Manfaat lain dari keteladanan kita adalah, kita bisa mengajarkan anak-anak kita, sehingga mendapatkan hidayah, maka kita akan mendapatkan pahala yang mengalir terus.  Rasulullah SAW bersabda :

Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, baginya semisal pahala yang orang yang mengerjakan kebajikan tersebut. (HR. Muslim).

Ayah juga anggota keluarga, maka dituntut Ing madya mangun karsa, di tengah membangun kehendak, motivasi, semangat untuk berkarya. Setiap ayah, selaku anggota keluarga dituntut tetap memotovasi dan membangun semangat untuk berkarya dan beramal sholih. Memotivasi putra-putrinya untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia terbaik. Allah SWT berfirman :

Sungguh, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. (QS. A Bayyinah : 7).

Ayah juga dituntut memotivasi dan mendukung anggotanya untuk berkarya dan beramal Shalih. Tut wuri handayani, di belakang mendukung kebaikan. Setiap kita dituntut untuk mendukung kebaikan, memberikan dorongan, baik doa dan harta. Sehingga kebaikan meluas di tengah-tengah keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Rasulullah SAW bersabda :

Barangsiapa yang bergembira atas kebaikannya dan bersedih atas keburukannya, maka dia adalah seorang mu'min.(HR. Ibn Hibban. Shahih).

Kedua, Menjadi ayah adalah menjadi pemimpin dan pahlawan di keluarganya. Seorang Ayah adalah penanggung jawab nafkah keluarga. Sebagaimana firman-Nya :

Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri ... (QS. An Nisa : 34).

Sebagai seorang ayah, kita dituntut untuk memberi nafkah kepada keluarga. Tidak hanya nafkah yang banyak, tetai juga nafkah yang baik, yang halal dan thayyibah. 

Selain itu, dalam rangka menjaga keharmonisan eluarga, seorang ayah juga dituntut dapat membantu mengerjakan urusan rumah tangga. Saling menunaikan hak dengan pasangan. Dengan demikian, akan terbentuk keluarga yang sakinah ma waddah warahmah.

Ketiga, Sebagai seorang ayah, kita juga seorang anak, maka kita dituntut untuk tetap berbuat baik dan berbakti kepada Ayah kita. Tidak ada manusia yang sempurna. Dan begitupun dengan ayah-ayah kita, tidak ada yang sempurna. Kita sebagai ayah pun demikian, tidak sempurna. Semua kita sedang belajar, proses belajar menuju kesempurnaan.

Allah SWT menyuruh kita berbuat baik kepada kedua orang tua kita:

"Dan Rabb-mu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan 'ah' dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkan-lah kepada mereka perkataan yang mulia." [Al-Israa/17: 23]

Nabi SAW mengecam orang-orang yang tidak berbuat baik kepada kedua orang tua : ""Celaka orang itu, celaka orang itu, celaka orang itu!" Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, siapa itu?" Rasulullah menjawab, "Orang yang celaka adalah orang yang mendapati kedua orang tuanya masih hidup, atau salah satu darinya, tapi dia masuk neraka (karenanya)." (HR. Bukhari).

Kesimpulan

Saudaraku, kesimpulan dari tulisan ini adalah ada tiga hikmah dari peringatan Hari Ayah dan Pahlawan. Pertama, menjadi ayah adalah menjadi guru, sekaligus tauladan dalam keluarga; Kedua, menjadi ayah adalah menjadi pemimpin di keluarga; dan Ketiga, kita berbuat baik kepada ayah kita.

Menjadi ayah adalah berproses menuju kesempurnaan. Tidak ada manusia yang sempurna, maka ayah-ayah kita, dan juga kita yang sudah menjadi ayah atau calon, tidak sempurna. Semua kita sedang belajar, proses belajar menuju kesempurnaan. Semoga Allah SWT membantu kita, menolong kita untuk menjadi ayah-ayah yang terbaik, dan dapat memperlakukan orang tua kita dengan baik. Aamiin ya rabbal aalamiin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun