Mohon tunggu...
Edi Prayitno
Edi Prayitno Mohon Tunggu... profesional -

Aku bukan lari dari kenyataan, bukan menjauh dari tekanan, tidak pula menyendiri dari kehangatan....tp aku mencoba "tantangan baru" yg sebelumnya tak pernah kubayangkan....!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sepenggal Kisarah di Angkutan Kota

6 Januari 2013   04:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:27 691
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Angkot terus melaju. Penumpang cuma kami bertiga, Aku – Tony dan Maminya. Masing-masing bermain dengan pikirannya sendiri. Tangan Tony sudah dekat di pangkuanku sementara tangan satunya lagi erat dalam genggaman Maminya. “Aduh…Mi, sakit tangan Tony..!” ujarnya.

Tangan maminya terus asyik memainkan ponselnya. Aku jadi geregetan, marah dan entah apa lagilah namanya. “Tante…bilang dunk sama Mamiku, jangan main HP terus..!?” pintanya.

“Tante…, Mamiku cuek orangnya. Dia lebih ciyus sama HP-nya daripada aku anaknya sendiri,” pesan itu menyelinap di pikiranku.

Kupandangi wajah Tomy dalam-dalam. “Kenapa…Tante?” celotehnya menggemaskan.

“Sebetulnya Tante…ya, aku lebih senang kalau Mamiku mau memelukku, mendudukkannya di pangkuannya trus kami saling tertawa.” tambahnya sembari mendekatkan tubuhnya padaku, tapi seketika itu juga sang Mami menarik tangan kiri Tony lebih dekat dengan dirinya.

“Udah mau nyampek nih” pikirku.

”Tante dah mau nyampek ya?” ujarnya.

“Iya…, adek hati-hati ya…, pande-pande jaga diri, jangan buat Mami marah..ya…sayang..!” pintaku dengan sungguh-sungguh.

“Terima kasih ya….Tante, Tante baik..dech. mau ajak Tony ngobrol gak seperti Mami yang sibuk dengan dirinya sendiri,” katanya menimpali.

“Sudah dulu ya…sayang, jangan nakal sama Mami?” ucapku mengakhiri percakapan sembari meminta supir angkot berhenti di depan sebuah gang. Aku turun dan membayar ongkos, tapi tatapan mataku masih melekat pada bocah lucu di dalam angkot.

“Tante…, Tony gak nakal, yang nakal itu Mami…!” teriaknya dan tiba-tiba saja “brak..!” bocah itu jatuh dari angkot beberapa langkah di depanku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun