Iya juga, ya? Saya pun mulai membayangkan distribusi BBM untuk kota saya sendiri. Di Bontang ini ada 5 SPBU yang setiap hari mendapat pasokan BBM dari luar kota. Bisa dari Samarinda, bisa juga dari Balikpapan. Jarak tempuh dari Samarinda ke Bontang kurang lebih 3 jam perjalanan darat. Sementara kalau dari Balikpapan ke Bontang sekitar 6 jam.
Meski hanya 3 sampai 6 jam, tapi jangan pernah membayangkan dengan kondisi di Jawa ya! Kondisi jalan di Jawa cenderung rata, mulus, dan tak bergelombang. Mau 6 jam juga santai aja. Kalau di sini? Sudah jalannya berkelok-kelok, naik-turun, bergelombang, banyak lubang pula. Kanan-kirinya? Jangan ditanya...hutan dan jurang bro! Sudah gitu kalau malam hari minim penerangan pula. Makanya meski sudah menetap selama 17 tahun lebih di sini, kalau terpaksa harus ke luar kota, saya lebih milih jalan di siang hari. Relatif aman daripada malam hari.Â
Lha di kota saya kan juga ada tuh pemukiman penduduk di tengah laut. Namanya Desa Selangan. Sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Karena letaknya di tengah laut, maka sudah pasti distribusi BBM juga sulit di sana. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, baik minyak tanah atau solar untuk kapal, mereka harus ke kota.
Sambil ke kota mereka menjual ikan tangkapan mereka dan selanjutnya dibelikan kebutuhan hidup lainnya, termasuk BBM tadi. Bagaimana dengan kebutuhan listrik mereka? Untungnya tahun lalu pemerintah Bontang sudah turun tangan dengan menyediakan panel-panel surya sehingga kalau malam penduduk tidak hidup dalam kegelapan. Itu sekedar contoh saja lho! Â Â
Beruntung kalau sungai sedang mengalami air pasang, Pertamina bisa mengandalkan kapal dan tongkang untuk mengantarkan BBM. Bagaimana jika air sungai sedang surut hingga tersisa 40 cm saja, padahal pasokan BBM tetap harus didistribusikan? Mau tak mau ya Pertamina harus menempuh jalanan sempit dan berlubang-lubang sepanjang ratusan, bahkan ribuan kilometer. Tidak hanya beresiko tinggi, namun biayanya pun pasti lebih mahal. Sudah gitu Pertamina juga tetap harus menjual BBM dengan harga yang sama seperti di Jawa lho!
Â
Tak heran jika penduduk Papua sudah terlalu biasa mendapati harga premium mencapai Rp 50.000,-/liter bahkan lebih. Beruntung sekarang ada kebijakan strategis dari pemerintah mengenai BBM satu harga yang artinya harga jual BBM di seluruh wilayah Indonesia akan sama, termasuk di Papua (Sumber : harianterbit.com). Â Â
Sejauh ini dalam menjalankan kewajibannya sebagai distributor utama BBM dan elpiji, Pertamina sudah mengerahkan tak kurang dari 192 kapal ukuran kecil, sedang dan besar yang berseliweran di lautan Indonesia. Kemudian juga didukung oleh pipa BBM sepanjang kurang lebih 1.600 km yang tertanam di bawah tanah untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terjamah tangan Pertamina.