Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Menyoal Kerja Pertamina yang Melebihi Kerja Matahari

1 Desember 2016   08:01 Diperbarui: 1 Desember 2016   18:12 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beginilah pemukiman warga Selangan, Bontang (dok.pri)

Iya juga, ya? Saya pun mulai membayangkan distribusi BBM untuk kota saya sendiri. Di Bontang ini ada 5 SPBU yang setiap hari mendapat pasokan BBM dari luar kota. Bisa dari Samarinda, bisa juga dari Balikpapan. Jarak tempuh dari Samarinda ke Bontang kurang lebih 3 jam perjalanan darat. Sementara kalau dari Balikpapan ke Bontang sekitar 6 jam.

Meski hanya 3 sampai 6 jam, tapi jangan pernah membayangkan dengan kondisi di Jawa ya! Kondisi jalan di Jawa cenderung rata, mulus, dan tak bergelombang. Mau 6 jam juga santai aja. Kalau di sini? Sudah jalannya berkelok-kelok, naik-turun, bergelombang, banyak lubang pula. Kanan-kirinya? Jangan ditanya...hutan dan jurang bro! Sudah gitu kalau malam hari minim penerangan pula. Makanya meski sudah menetap selama 17 tahun lebih di sini, kalau terpaksa harus ke luar kota, saya lebih milih jalan di siang hari. Relatif aman daripada malam hari. 

Ini adalah jalan utama arah Bontang-Samarinda yang setiap hari, siang dan malam dilalui oleh truk-truk tangki pembawa BBM (dok.pri)
Ini adalah jalan utama arah Bontang-Samarinda yang setiap hari, siang dan malam dilalui oleh truk-truk tangki pembawa BBM (dok.pri)
Nah, kondisi jalan yang seperti itu yang harus dilalui truk-truk tangki Pertamina pembawa BBM ke kota saya. Dan itu kontinyu, setiap hari, siang malam tanpa henti mengingat ada 5 SPBU yang harus diisi, dengan berbagai jenis BBM (premium, solar, pertamax, pertalite, minyak tanah) pula. Kalau sudah ingat begini, saya harusnya bersyukur. Meski harus antri, paling tidak ada stoknya dengan harga murah pula. Bayangkan dengan saudara-saudara kita yang tinggal di Pulau Seram - Maluku, Sanggau - Kalimantan Barat, Krayan - Kalimantan Utara atau Puncak Jaya - Papua sana? Widihhh...tak sanggup saya membayangkan! 

Lha di kota saya kan juga ada tuh pemukiman penduduk di tengah laut. Namanya Desa Selangan. Sebagian besar penduduknya adalah nelayan. Karena letaknya di tengah laut, maka sudah pasti distribusi BBM juga sulit di sana. Untuk memenuhi kebutuhan BBM, baik minyak tanah atau solar untuk kapal, mereka harus ke kota.

Sambil ke kota mereka menjual ikan tangkapan mereka dan selanjutnya dibelikan kebutuhan hidup lainnya, termasuk BBM tadi. Bagaimana dengan kebutuhan listrik mereka? Untungnya tahun lalu pemerintah Bontang sudah turun tangan dengan menyediakan panel-panel surya sehingga kalau malam penduduk tidak hidup dalam kegelapan. Itu sekedar contoh saja lho!    

Beginilah pemukiman warga Selangan, Bontang (dok.pri)
Beginilah pemukiman warga Selangan, Bontang (dok.pri)
Saya dan teman-teman saat berkunjung ke Desa Selangan (dok.pri)
Saya dan teman-teman saat berkunjung ke Desa Selangan (dok.pri)
Warga harus naik kapal untuk berbelanja kebutuhan hidup (dok.pri)
Warga harus naik kapal untuk berbelanja kebutuhan hidup (dok.pri)
Masih banyak penduduk Indonesia yang tinggal di daerah terpencil dengan infrastruktur minim yang boleh dibilang lebih parah daripada di propinsi saya. Untuk menjangkau itu, Pertamina terkadang harus berganti-ganti moda transportasi. Mulai dari kapal laut, kapal tongkang, kapal ferry, pesawat hingga kuda.

Beruntung kalau sungai sedang mengalami air pasang, Pertamina bisa mengandalkan kapal dan tongkang untuk mengantarkan BBM. Bagaimana jika air sungai sedang surut hingga tersisa 40 cm saja, padahal pasokan BBM tetap harus didistribusikan? Mau tak mau ya Pertamina harus menempuh jalanan sempit dan berlubang-lubang sepanjang ratusan, bahkan ribuan kilometer. Tidak hanya beresiko tinggi, namun biayanya pun pasti lebih mahal. Sudah gitu Pertamina juga tetap harus menjual BBM dengan harga yang sama seperti di Jawa lho!

Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Kondisi jalan di daerah Krayan-Kalimantan Utara (Sumber : FB Juari Stenly Lundayeh)
Beberapa waktu lalu di timeline FB saya berseliweran foto-foto seperti di atas ini. Ini adalah kondisi infrastruktur di daerah Krayan, Kabupaten Nunukan. Selama 70 tahun lebih kemerdekaan Indonesia, masyarakat Krayan boleh dibilang tidak merasakan "hadirnya"negara di sana. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya termasuk BBM, masyarakat lebih mengandalkan pasokan dari negara tetangga Malaysia. Alhamdulillah di tahun ini mereka bisa menikmati BBM legal dari negeri sendiri, meski untuk itu pendistribusiannya harus melalui jalan udara. 

 

Penduduk Krayan bisa nikmati BBM legal (Sumber : m.liputan6.com)
Penduduk Krayan bisa nikmati BBM legal (Sumber : m.liputan6.com)
Begitu pula yang terjadi dengan saudara-saudara kita yang mukim di Papua dan Papua Barat. Kondisi geografis yang berat, ditambah minimnya infrastruktur jalan darat untuk mencapai pelosok, maka distribusi BBM pun terpaksa menggunakan pesawat dan ini membuat biaya distribusi menjadi sangat tinggi.

Tak heran jika penduduk Papua sudah terlalu biasa mendapati harga premium mencapai Rp 50.000,-/liter bahkan lebih. Beruntung sekarang ada kebijakan strategis dari pemerintah mengenai BBM satu harga yang artinya harga jual BBM di seluruh wilayah Indonesia akan sama, termasuk di Papua (Sumber : harianterbit.com).   

Sejauh ini dalam menjalankan kewajibannya sebagai distributor utama BBM dan elpiji, Pertamina sudah mengerahkan tak kurang dari 192 kapal ukuran kecil, sedang dan besar yang berseliweran di lautan Indonesia. Kemudian juga didukung oleh pipa BBM sepanjang kurang lebih 1.600 km yang tertanam di bawah tanah untuk memastikan seluruh penduduk Indonesia terjamah tangan Pertamina.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun