Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Pelajaran Hidup dalam Semalam Untuk Danny

3 Mei 2012   03:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:48 653
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tak berapa lama, pesanan kami pun datang. Kami pun mulai menyantap hidangan yang tersaji diatas meja. Danny tampak lahap menyantap makanan andalannya. Senang saya rasanya menyaksikan pemandangan itu. Beberapa menit kemudian, acara santap malam di warung tenda pun selesai sudah. Semua yang tersaji dihadapan kami sudah ludes, tinggal tersisa tulang belulang ikan dan sedikit sambal. Selesai melunasi pembayaran, kami pun menuju tempat parkir kendaraan. Saya lihat jam di hape saya masih menunjukkan pukul 20.45 wita. Karena ada yang hendak saya beli, saya pun usul untuk ke supermarket di salah satu mall tak jauh dari tempat itu guna membeli keperluan rumah tangga.

Suami saya pun langsung mengarahkan kendaraan ke arah supermarket yang dimaksud. Tiba di tempat parkir, suasana tampak lenggang. Padahal biasanya di mall ini jika hari libur, ramainya minta ampun. Mau mencari tempat parkir aja sulit sekali sehingga terkadang harus parkir di luar areal mall. Tapi karena malam  tadi bukan malam Minggu mungkin parkiran terasa longgar. Kami pun bisa memilih tempat parkir yang kami inginkan, terutama yang dekat pintu masuk mall sehingga ketika kami pulang tidak perlu berjalan terlalu jauh menuju kendaraan kami.

Kami segera masuk ke supermarket dan ritual belanja pun segera dimulai mengingat waktu yang terbatas. Biasanya mall di tempat kami memang tutup sekitar pukul 22.00 wita dan sekarang sudah hampir pukul 21.00 wita. Itu artinya waktu yang tersisa buat kami belanja tinggal sekitar 1 jam saja. Dengan kilat kami mengambil beberapa barang yang kami butuhkan. Danny, Darryl dan papanya sibuk mengambil berbagai camilan. Sementara saya lebih intens pada barang kebutuhan sehari-hari seperti perlengkapan mandi dan bahan-bahan keperluan dapur serta keperluan si kecil Darryl (susu dan popok celana). Satu troli besar pun mulai penuh dengan belanjaan kami.

Begitu selesai belanja, saya lihat antrian di meja kasir tidak terlalu banyak. Saya pun bergegas menuju ke meja kasir. Petugas kasir pun mulai menghitung belanjaan kami. Sementara satu petugas lainnya bergerak memasukkan belanjaan kami ke dalam kantong plastik. Belum juga dua jenis barang dimasukkan ke dalam kresek, saya sudah nyeletuk "mbak taruh di dalam kardus aja kalo bisa, biar gak kebanyakan kresek." Lagi-lagi Danny sudah protes "mama ini lho mesti begitu!" Saya pun langsung menyahut "biarin!", sambil senyum-senyum.

[caption id="attachment_178949" align="aligncenter" width="384" caption="si kecil Darryl ikut mendorong troli menuju tempat parkir"]

133602157029598011
133602157029598011
[/caption]

Akhirnya dua kardus besar dan satu kresek kecil berisi kuenya Danny kembali masuk ke troli belanja saya. Ritual belanja pun usai dan kami segera menuju tempat kendaraan kami di parkir. Para petugas di mall itu pun juga mulai berkemas, memasukkan beberapa kotak barang obral yang terdapat didepan pintu masuk mall. Saya lihat kembali jam di hape saya, sudah hampir pukul 22.00 wita. Pantes tempat parkir pun sudah makin sepi, tinggal beberapa kendaraan roda dua dan beberapa kendaraan roda empat. Jumlahnya tak lebih dari 10 jari tangan saya.

Papanya anak-anak pun mulai memasukkan belanjaan kami ke dalam bagasi. Sementara saya dan anak-anak langsung masuk ke dalam kendaraan. Baru mau menyalakan kendaraan, tiba-tiba pintu jendela tempat suami saya di ketok-ketok oleh seseorang. Suami saya pun buru-buru menurunkan kaca jendelanya sambil bilang "ada apa dik?"

Seorang anak kecil perempuan yang kalau tak salah masih dibawah umurnya Danny, mengenakan baju warna krem bergaris-garis dan berjepit warna pink tampak tersenyum sambil berkata "korannya om." Entah mengapa kami begitu tersentuh melihat wajah polosnya. "Barukah?" tanya suami saya basa-basi. Saya tahu kalau suami saya pasti sedang basa-basi karena memang sebenarnya dia paling tidak tega melihat pemandangan yang model begitu.

[caption id="attachment_179126" align="aligncenter" width="480" caption="bocah perempuan penjual koran yang kami temui semalam"]

1336091578185468051
1336091578185468051
[/caption]

Seorang anak kecil berjualan koran, malam-malam pula. Hati siapa yang tega, meskipun tidak butuh pun saya yakin banyak yang "pura-pura" butuh. "Baru om!" kata anak kecil penjual koran itu sambil menyodorkan satu eksemplar koran. Saya lihat anak itu membawa beberapa lembar lagi koran yang tersisa di tangannya. Ah mungkin hari ini korannya kurang laku, makanya sampai malam ini ia masih menjajakan dagangannya, begitu batin saya. Suami saya pun menyodorkan satu lembar uang. "Gak ada kembaliannya, om" kata penjual koran itu. "Sudah ambil aja!" jawab suami saya sambil tersenyum. Sekilas saya lihat anak itu tersenyum riang dan segera bergegas meninggalkan kami. Anak-anak saya yang sedari tadi duduk di kursi belakang begitu terpaku menyaksikan pemandangan tadi. Sekilas saya dengar Danny sempat berkata "kasihannya..."

Seiring melajunya kendaraan kami meninggalkan pelataran parkir mall itu, saya berkata "Nah Dan, kamu hari ini lihat khan, betapa banyak orang-orang yang susah di depan kita. Tadi di warung ada anak-anak yang ngamen, barusan ada anak kecil yang jualan koran, perempuan pula! Makanya kamu harus bersyukur, tidak harus susah-susah seperti mereka. Jangankan untuk sekolah di tempat bagus sepertimu, untuk makan saja mereka harus bekerja seperti itu, malam-malam pula!" Saya lihat dari kaca spion di atas saya, Danny hanya terdiam. Pandangannya menatap keluar jendela. Entah apa yang sedang dipikirkannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun