Mohon tunggu...
Edi Kusumawati
Edi Kusumawati Mohon Tunggu... ibu rumah tangga -

Ibu dari dua orang putra yang bangga dengan profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tulisan yang lain dapat disimak di http://edikusumawati.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Tukang Gigi, Profesi Aji Mumpung?

16 Januari 2012   13:28 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:49 8795
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peralatan yang dipakai pun tidak serumit dokter gigi. Selain alat laser dan semacam gerinda untuk merapikan gigi, juga beberapa pinset dan gunting. Tidak butuh modal yang banyak menurut saya. Hanya saja dibutuhkan ketelatenan atau ketelitian dalam menangani "pasien", itu saja kuncinya. Dan hasilnya bisa dilihat sendiri. Sekali pasang behel, Mbak Jessi mematok harga 1,5 juta rupiah. Sementara untuk ganti karet dikenakan biaya 50 ribu rupiah. Lumayan khan.

Apalagi di jaman sekarang, memakai behel sudah jadi trend tersendiri di kalangan muda. Memakai behel tidak semata-mata untuk pertimbangan kesehatan dan perawatan gigi, melainkan lebih pada gaya hidup. Sekarang anak muda sudah tidak malu-malu lagi mengenakan behel atau kawat gigi. Memakai behel seringkali justru untuk gaya-gayaan. Apalagi kalo sudah behelnya berwarna-warni dengan motif yang beraneka macam pula, makin tampak keren malahan. Beda sekali dengan jaman saya dulu. Dulu orang memakai kawat gigi rasanya malu sekali. Pengalaman saya pribadi misalnya, dulu jaman SD sekitar tahun 1985 saya pernah memakai kawat gigi yang dilakukan oleh seorang dokter gigi terkemuka di Yogya sana. Tapi jangan dibayangkan kawat giginya seperti model sekarang. Saat itu kawat gigi yang saya pakai modelnya masih simpel. Hanya berupa kawat biasa dan sifatnya tidak permanen (tidak menempel seperti behel dan bisa dilepas sendiri oleh pemakai). Jujur saya malu memakai kawat gigi pada saat itu. Habis sering dibilang "tutik" alias untune methu sithik (giginya keluar sedikit alias tongos). Karena itulah saya juga tidak telaten memakainya. Kawat gigi saya lepas dan tidak tahu lagi dimana rimbanya. Akhirnya pas saya SMA, saya pakai lagi kawat gigi dengan model yang sama. Waktu itu sudah mulai banyak orang yang memakai kawat gigi seperti saya. Saya sudah tidak malu lagi memakainya. Tapi lagi-lagi karena kecerobohan saya waktu menyikat di kamar mandi, kawat gigi saya jatuh dan patah. Kemudian pas saya kuliah saya mulai lagi pasang kawat gigi untuk ketiga kalinya. Ternyata saya tetap tidak telaten sehingga hasilnya kurang maksimal.

Bisa dibilang profesi tukang gigi saat ini sedang menjamur di seluruh pelosok tanah air. Orang beramai-ramai memilih memasang kawat gigi pada tukang gigi yang notabene tarifnya lebih murah dibandingkan dengan dokter gigi. Orang tidak peduli lagi apakah material yang digunakan oleh tukang gigi itu "layak" atau tidak bagi kesehatan, misalnya jenis kawat atau karet yang digunakan apakah sudah memenuhi standar kesehatan atau belum. Yang penting harga murah dan bisa tampil trendy. Bisa dibilang profesi tukang gigi ini sedang memanfaatkan "aji mumpung". Mumpung orang sedang tertarik dengan pemakaian kawat gigi. Mumpung orang sudah tidak malu lagi memakai kawat gigi. Bagi orang seperti Mbak Jessi, kondisi yang demikian justru sangat menguntungkan. Bagaimana tidak untung jika biaya pemasangan saja sekitar 1,5 juta rupiah. Sementara material (kawat atau braket) yang digunakan, menurut informasi yang saya peroleh tak lebih dari 800 ribu rupiah. Entah betul atau tidak, yang jelas saat ini di berbagai situs online juga ditawarkan pemasangan behel dengan harga murah. Di situs online pula juga dijual berbagai macam jenis behel, baik yang harganya ratusan ribu rupiah hingga yang jutaan rupiah, baik yang dibeli secara eceran maupun harga grosir. Apa tidak aji mumpung itu namanya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun