Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Hangat dan Bersahajanya Kemenlu NZ dan Gedung Parlemen Beehive yang Elegan

22 September 2023   20:44 Diperbarui: 22 September 2023   20:49 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wilayah Lambton Quay terlihat dari waterfront_dokumen pribadi

Seperti yang telah dijanjikan sehari sebelumnya oleh Jane Arnold, seorang dosen Uni Professional Victoria University Wellington agar kami datang tepat waktu ke Kementrian Luar Negeri dan Perdagangan Selendia Baru (Ministry Foreign Affair and Trade/MFAT) yang berada di kawasan komersil utama  Lambton Quay, Wellington. Sebuah kawasan sibuk terutama saat office hour dan dipenuhi loleh gedung komersil bertingkat yang digunakan seperti untuk hotel, bank, coffe shop, restauran serta pusat perbelanjaan.

Dengan balutan dress code formal jas lengkap,  titik kumpul kami berada dititik cable-car yang sangat iconic di  Wellington. Kami dibawa menyusuri pedestrian Lambton Quay yang awal pagi itu mulai tampak ramai oleh lalu lalang orang-orang dengan berbagai tujuan dan kesibukannya masing-masing.

Jane biasa ia dipanggil, yang selalu tampak terlihat energik tersebut juga sangat telaten menjelaskan beberapa cerita dibalik satu dua bangunan yang tampak sangat berbeda dan menarik perhatian. Sesekali kami memasuki gedung yang tampak lengang dari luar tetapi didalamnya ternyata seperti mall dengan banyak berjejer coffe shop yang mulai sibuk melayani pelanggannya. Tentunya aroma kopi menguar ke seisi ruangan dan terus menggoda untuk segera menyeruputnya.  

Salah satu pemandangan sudut kota di Lambton Quay_Dokumen Pribadi
Salah satu pemandangan sudut kota di Lambton Quay_Dokumen Pribadi

Setelah mengitari beberapa bangunan yang ada, Jane mengingatkan kami untuk segera mengarah ke gedung MFAT. Hal yang sangat menarik dan mengejutkan adalah letak kantor tersebut berada ditengah-tengah kawasan bisnis yang sangat sibuk. Bangunan kantor yang didepannya bertuliskan MFAT dan bernomor 195 ini terlihat sangat bersahaja ditengah bangunan komersil lainnya di Wellington. Disini kami banyak mengabadikan momen kebersamaan sebelum dijemput khusus oleh petugas yang akan mengantar langsung menuju tempat  pertemuan dan jamuan makan siang berlangsung dan pagi itu semua gadget handphone harus ditinggalkan di locker penjaga.

Berpose bersama kolega Indonesia lainnya di depan kantor MFAT di Wellington
Berpose bersama kolega Indonesia lainnya di depan kantor MFAT di Wellington

Agenda silaturahmi berjalan dengan sangat lancar. Setiap peserta sekitar 29 orang dari berbagai negara ASEAN masing-masing diberikan kesempatan memperkenalkan diri didepan beberapa pejabat MFAT yang berkesempatan hadir. Kemudian dalam sesi tanya jawab juga direspon dengan penjelasan yang sangat detil dan baik. Disini saya berkesempatan menanyakan berbagai peluang yang ditawarkan oleh Manaaki Scholarship (pemberi beasiswa resmi pemerintah Selendia Baru).

Sesi berikutnya adalah sesi foto bersama oleh fotograper resmi dilanjutkan dengan makan siang diselingi interaksi dengan tim MFAT dalam suasana cair. Berbagai jenis makanan Eropa disajikan secara self-service. Saya berkesimpulan yang pada umumnya orang yang bekerja di MFAT adalah pribadi yang hangat dan tidak jarang mereka yang terlebih dahulu menyapa dan memperkenalkan diri sambil melakukan percakapan ringan (small talk) sehingga ruangan terasa hangat oleh interaksi orang-orang didalamnya  dengan cair.

Gedung Parlemen Beehive yang elegan

Gedung parlemen Beehive yang menjadi salah satu landmark kota Wellington tersebut berdiri kokoh diatas bukit dan dengan bentuknya yang unik tersebut tentu akan membuat penasaran siapapun yang melihatnya. Gedung yang menyerupai sarang tawon madu tersebut dirancang untuk dapat menahan goncangan gempa bermagnitudo sampai diatas 7.5 Skala Richter. 

Beehive dibangun diawal tahun 1970 dan diproyeksikan akan dapat digunakan sampai dengan 5 abad kemudian. Negeri yang dikaruniai alam indah ini merupakan daerah rentan gempa sehingga bangunan yang ada harus dirancang secara khusus untuk dapat menahan goncangan gempa yang dapat datang kapanpun. Penulis saat di Wellington juga sempat merasakan kengerian goncangan gempa dimana kita merasa seperti mendadak terayun beberapa saat yang pada saat itu sedang berada pada ketinggian lantai 8 sebuah hotel tempat kami menginap.

Taman depan gedung parlemen Beehive yang tampak segar oleh rumput hijaunya.
Taman depan gedung parlemen Beehive yang tampak segar oleh rumput hijaunya.

Saat memasuki gedung  parlemen pertama kali, semua pengunjung diwajibkan melewati pemeriksaan seluruh barang bawaan dibawah sinar-X. Setelahnya kita akan menemukan lobby utama yang siang itu tampak sibuk karena juga terdapat juga desk infomasi, ruang tunggu pengunjung lengkap dengan kursi dan meja tunggu serta pajangan berbagai macam bentuk merchandise yang dapat dibeli langsung oleh pengunjung. 

Sejenak berpose bersama disebelah gedung Beehive_Dokumen Pribadi
Sejenak berpose bersama disebelah gedung Beehive_Dokumen Pribadi

Sebelum melihat agenda sidang debat parlemen, kami juga diberikan kesempatan untuk melihat beberapa ruang lainnya. Salah satu ruang tersebut adalah Theatrette yaitu ruang konfrensi pers resmi pejabat parlemen dalam memberikan informasi dan memberikan kesempatan tanya jawab bagi insan pers. Sebenarnya ruang tersebut sangat sering terlihat di televisi saat COVID-19 melanda dunia, dimana Jacinda Ardern perdana Menteri Selendia Baru saat itu selalu mengupdate informasi terkait kebijakan-kebijakan yang diambil negara dalam menghadapi situasi pandemi yang menyulitkan semua negara tanpa terkecuali.

Pengalaman yang paling menyenangkan adalah dapat mengikuti sejenak aktifitas sidang secara live di ruang Debating Chamber  yang terkesan mungil namun tetap elegan dan mewah. Disini kami dapat melihat bagaimana suatu isu dibicarakan. Saat itu tema utama adalah bagaimana kehadiran pemerintah untuk segera dapat menyelamatkan dan menjangkau korban sesegera mungkin dan masyarakat terdampak lainnya akibat topan Gabrielle yang baru saja melanda negaranya.

 Setiap orang diberikan kesempatan menyampaikan pandangannya dan gagasan bernas dengan tetap menghormati orang lain melalui batasan waktu berargumen artinya ada saatnya waktu berbicara dan ada waktunya harus tertib mendengarkan dalam sebuah sistem demokrasi. 

Disinilah pihak pemerintah dan oposisi saling beradu argumen untuk segera dapat mencarikan solusi terbaik bagi masyarakat yang harus segera di tangani tanpa ada upaya merendahkan pihak lainnya. Debat tersebut juga sebenarnya disiarkan langsung oleh televisi resmi parlemen Selendia Baru sehingga Masyarakat dapat dengan jelas melihat kemampuan, keberpihakan serta keterwakilan dalam arti yang sebenarnya.

Lambton Quay Wellington yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat tinggi_Dokumen Pribadi
Lambton Quay Wellington yang dipenuhi oleh gedung-gedung bertingkat tinggi_Dokumen Pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun