Untungnya hutan ini disediakan track jalan yang nyaman buat pengunjung seperti jembatan-jembatan kecil penghubung yang dibawahnya aliran air deras dan jernih mengalir deras dan sampai kepada bantalan-bantalan  karet atau kawat yang disimpan dipijakan tanah untuk mencegah kaki kita saat melangkah tergelincir kebawah.Â
Tanda arah dan informasi terkait flora dan fauna yang ada disampaikan melalui plank kecil yang menarik dan mudah dibaca sehingga pengunjung menjadi tahu apa saja yang menjadi kekayaan flora fauna yang mendiami hutan lebat yang sedang dilalui tersebut.
Hutan di Te Apiti didominasi jenis tanaman podocarpus yang memang tumbuh baik di wilayah selatan garis equator. Sedang agak keatas banyak ditemui jenis tanaman palem dan paku-pakuan.Â
Tanaman paku (fern) ini juga menjadi salah satu symbol negeri Selendia Baru. Setelah hampir 1 jam mendaki akhirnya kami sampai di titik tempat kita bisa bersantai sejenak sambal menikmati pemandangan alam dengan hembusan angin segarnya dan suara jangkrik hutan tiada henti. Dari titik ini kita bisa melihat seperti : Â kincir angin, sungai dengan arus air jeram yang mengalir deras sekaligus jalan raya yang sepertinya tidak digunakan lagi.
Perjalanan penuh kenangan itu kami lanjutkan dengan mengitari sejenak taman pusat kota, menikmati kopi hangat di sebuah cafe sambil mendengarkan kisah Terry akan perkembangan kota sejak dia masih kecil dan sore hari perjalanan kami tutup dengan berkunjung ke Rose Garden yang berisi ratusan varietas berbagai jenis mawar yang didekatnya juga ada taman hutan kota yang sangat ramai dikunjungi penduduk karena keasrian taman bunga serta pedestriannya yang sangat nyaman dilalui  membelah hutan kota yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H