Aku juga dibawa ke Manawatu cycle bridge, sebuah jembatan besar yang membentang di sungai terbesar di Palmerston North. Di Selendia Baru sering kulihat tepian sungai dibangun pedestrian dan tempat bersepeda yang nyaman.Â
Selain tempat aktifitas sosial dan olahraga penduduk, ia juga sepertinya sebagai strategi pemerintah untuk menjaga lingkungan sungainya karena tempat rekreasi tersebut otomatis akan dijaga bersama dengan memelihara kebersihan seperti tidak akan membuang sampah sembarangan disungai.
Mendaki gunung di Te Apiti
Matahari mulai beranjak meninggi dan kami harus bergegas ke Te Apiti satu agenda yang memang dijanjikan Terry jika aku sempat mengunjungi negerinya. Aku juga dibuat sangat penasaran dengan situasi hutan di wilayah Oseania negeri 4 musim tersebut. Wilayah tersebut adalah tempat konservasi flora fauna asli Selendia Baru. Untuk mengeksplore nya, kami harus mendaki karena wilayahnya berada di pegunungan yang cukup terjal.Â
Aku diberitahu Terry bahwa Selendia Baru tidak hanya dianugrahi alam yang begitu cantik tetapi juga kita tidak akan menemukan hewan buas dan melata berbisa seperti dinegara lainnya. Sehingga hutan juga menjadi pusat rekreasi warga yang sangat menyehatkan.
Langkah kaki kami dimulai dari titik parkir mobil yang luas dengan fasilitas toilet serta papan informasi yang cukup bagi pengunjung. Kemiringan bukit yang harus kami lalui rata-rata diatas 45 derajat atau termasuk kategori sangat curam. Hutan asli ini tampaknya sering dikunjungi banyak orang.Â
Hal itu terbukti dari seringnya kami berpapasan dan harus berbagi ruang jalan yang sempit dengan pengunjung lainnya yang akan turun kebawah. Tery selalu mengingatkanku untuk tidak membuang sampah baik dari bungkus makanan ataupun permen bekal yang kami bawa. Suatu sikap kesadaran yang luarbiasa terhadap lingkungan dan sangat menghargai alam.