Sesampainya dikediamannya, aku langsung diinapkan disebuah guest house yang terpisah dari bangunan rumah utama. Fasilitasnya cukup lengkap mulai dari ruang: kamar dengan alat pemanas ruangan,perpustakaan kecil, meja kursi tamu, toilet dan ruang kerja Terry. Â
Dari ruang kamar melalui kaca jendela aku bisa melihat langsung halaman belakang rumah yang tertata apik dan berisi berbagai tanaman seperti: kebun anggur yang buahnya sangat lebat tetapi sayang belum waktunya panen, lemon serta tanaman sayur-sayuran untuk keperluan harian yang menyehatkan karena dipastikannya bebas kimia. Dari kebun itu juga saat pulang ke Wellington aku di bawakan sekantong besar sayur mayur segar untuk dapat kumasak sendiri di hotel.Â
Ada cerita dibangunan guest house ini dan membuatku tersenyum sendiri jika mengingat peristiwa itu. Hal tersebut datang dari kekonyolan fikiranku sendiri saat berbaring dikamar malam pertama dibagunan mungil tersebut.Â
Seolah-olah aku berada ditempat horor karena membayangkan film thriller seram barat yang pernah kutonton sebelumnya dan membuatku diawal malam agak sulit memejamkan mata.
Jumat malam sepertinya telah menjadi malam spesial bagi keluarga Tery. Waktu tersebut adalah waktunya kumpul keluarga dengan makan malam bersama keluarga terdekat.
 Menu tradisi seperti fish chips (ikan goreng tepung) dan kentang goreng disajikan dalam porsi yang besar dan ditutup dengan makanan penutup atau dessert coklat serta es krim yang nikmat.
Disaat makan malam tersebut aku dikenalkan dengan David, ayah dari Jenny yang 2 tahun lagi akan berumur 1 abad atau 100 tahun tetapi masih tampak fit dan sehat meski saat berjalan dibantu dengan tongkat.Â
Sebenarnya David tinggal di komplek perumahan yang berdekatan tetapi ia memutuskan untuk tetap bertahan dirumah yang menyimpan kenangan banyak bersama istrinya saat membesarkan anak-anaknya. Hanya kalimat singkat so sweet yang berkelindan dikepala saat mendengar penjelasan menantunya Terry. Â
David dulunya adalah seorang ahli pembangunan jalan lulusan Victoria University Wellington dan sebelumnya banyak mengerjakan proyek pembangunan jalan di Selendia Baru dengan jumlah pekerja yang cukup besar.Â
David yang sangat senior ini juga terlihat antusias bertanya kepadaku tentang asal, keluarga, pekerjaanku dan bagaimana perjalananku sampai ke Wellington. Meski pada akhirnya aku dibantu Jenny menjelaskan asal tempatku tinggal di Kalimantan melalui sebuah peta Indonesia dengan sebuah buku yang dimilikinya.
Pada kesempatan itu juga aku diperkenalkan dengan putranya yang masih lajang alumni Massey University berusia sekitar 30 tahunan dan berkarir di bidang Informasi dan Teknologi di Palmerston North. Â Sedang 2 anak lainnya yang telah bekeluarga tidak hadir karena tinggal dikota yang berbeda.