(Catatan kecil perjalanan ke negeri Kiwi Selandia Baru #3)
Ada yang menarik dalam shortcourse online yang dilaksanakan kerjasama antara Kementrian Perdagangan dan Luar Negeri Selandia Baru (MFAT) dan Victoria University Wellington (VUW).
Disana peserta juga diberikan kesempatan untuk melatih percakapan dengan penduduk asli atau speaking partner agar kemampuan percakapan bahasa Inggris meningkat signifikan sekaligus menjadi ajang pertukaran budaya dan informasi selama proses interaksi didalamnya.
Setiap peserta kursus difasilitasi untuk dicarikan sukarelawan atau dapat secara mandiri mencari sendiri speaking partner nya.
Pertemuan melalui zoom selama 3 bulan tersebut dengan jadwal 1 jam melatih percakapan dengan native speaker dalam seminggu dirasakan cukup untuk membuat ikatan persahabatan yang kuat dikemudian hari.
Ditambah lagi, kita berkesempatan untuk bertemu langsung baik yang diadakan secara resmi maupun tidak saat tiba di Selandia Baru. Saat itu kita seperti dapat merealisasikan semua imaginasi akan narasi suatu tempat yang dinarasikan saat zoom sebelumnya.
Tentunya ia akan menjadi sesuatu yang menakjubkan disaat kita secara langsung dapat melihat dan merasakan semua tentang apa yang sempat dikisahkan sebelumnya.
Aku mendapatkan teman speaking partner yang difasilitasi oleh pelaksana program pembelajaran. Ia seorang perempuan paruh baya yang sangat aktif bernama Katie Barton-Ginger.
Berikutnya aku juga menjumpai Terry Mc Grath, ia kukenal melalui salah satu kegiatan rutin “News Watch” yang kuikuti, sebuah program opsional yang disarankan untuk diikuti yang berisi diskusi ringan tentang berbagai topik menarik di Selandia Baru.
Program yang diadakan oleh beberapa sukarelawan kampus sebagai native speaker dan diikuti beberapa mahasiswa asing yang sedang belajar di Victoria University Wellington. Terry, biasa ia dipanggil kebetulan menaruh interest lebih tentang Indonesia karena sebelumnya ia sempat bersama keluarganya mengunjungi Indonesia.
Kediaman Katie Barton-Ginger yang fantastik
