Dengan kontur lahan kota yang tampak sempit dan berbukit bahkan dengan kemiringan ekstrim menjadikan akses menuju beberapa tempat terkadang harus melalui bangunan tertentu.Â
Aku yang tinggal dibangunan yang berada dijalan The Terrace untuk menuju wilayah utama lain harus masuk dan melalui sebuah lobby hotel megah bernama James Cook Grand Chancellor.Â
Dengan menggunakan lift hotel tersebut untuk turun menuju Lambton Quay, merupakan pusat aktifitas bisnis dan pemerintahan utama di Wellington.Â
Akses ini juga yang aku gunakan untuk mengakses seperti: Â kampus, museum, berbelanja keperluan harian di supermarket, cafe, stasiun bus, window-shopping atau menuju waterfront untuk menikmati kota di pagi maupun senja hari.Â
Untung saja perut yang mulai keroncongan karena minta diisi nasi dimalam hari saat hari pertama kedatangan terselamatkan karena kami dijamu makan oleh kampus di sebuah restoran Cina. Belum ada restoran Indonesia disini. Di Wellington ada satu penjual makanan Indonesia yang menggunakan mobil bok yang hanya buka di hari libur Minggu di area waterfront.Â
Disini makan dengan cara Eropa. Menu disajikan secara bertahap di meja bundar yang dilengkapi dengan peralatan makan sendok garpu dan pisau. Air putih tersedia dalam gelas bejana besar di masing-masing meja.Â
Makanan pembuka atau appetizer disajikan pertama kali seperti spring-roll yaitu makan ringan menyerupai dadar gulung berisi sayur dan daging. Kemudian hidangan utama atau maincourse, disini tentu ada nasi dengan lauk seperti sate, ayam panggang, sayur tumis, ikan goreng tepung, mie serta tahu yang digoreng.Â
Setiap jenis makanan utama ini disajikan dalam durasi waktu yang berbeda beda. Sarannya adalah jangan makan sekenyangnya di permulaan. Kemudian hidangan penutup atau dessert  seperti es krim atau coklat.