Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (8. Kejutan Pada Dinihari)

30 Januari 2022   07:06 Diperbarui: 30 Januari 2022   07:08 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari pictsart app

"Kita harus memutuskan untuk kembali atau meneruskan mencari Dewi?" Kataku berusaha tegas karena mengkhawatirkan stamina Kemala dan Fithar. Meski aku sendiri juga merasa tidak siap jika harus meninggalkan Dewi sendirian ditempat ini. Terbayang olehku Dewi menggigil kedinginan seorang diri tanpa ada sorang teman pun disampingnya. Rasanya aku ingin tinggal saja disini daripada harus kembali ke tenda. Hanya sekedar untuk menunggu kapanpun Amarilis Dewi keluar dari tempat persembunyiannya.

Kemala yang berlinang air mata masih bersikeras untuk tetap mencari Amarilis Dewi. Tetapi Fithar bersikeras untuk mencari Dewi kembali dikeesokan harinya. Disaat matahari kembali terbit. Setelah mempertimbangkan stamina yang mulai berkurang, kami sepakat untuk segera bergegas mengambil langkah pulang sebelum pasang besar laut mencapai dataran pantai yang lebih tinggi. Aku menawarkan pilihan dimana aku tetap berada ditempat Dewi hilang saat ini atau bertiga pulang bersama ketenda. Fikirku akan sangat bagus sekali saat Dewi muncul ada seseorang yang menemaninya kembali ketenda.

"Dewa tinggal saja disini, sampai kami kembali lagi esok hari" Kemala sedikit menahan isak tangisnya karena baru saja kehilangan teman terbaiknya.

"Sebaiknya kita pulang bersama, apapun yang terjadi, tidak mungkin kita pergi bersama dan pulang terpisah pisah" Fithar menghendaki untuk tetap pulang bersama.

"Sudah keinginanku sendiri untuk tinggal disini sampai Dewi kembali" ujarku singkat

"Sebaiknya kita pulang bersama Dewa, dan besok saat matahari terbit kita kembali kesini" pinta Fithar dengan mimik terlihat serius dibawah temaram malam. Ia sepertinya mengkhawatirkan staminaku yang juga mulai menurun akibat kelelahan jatuh bangun sebelumnya. Kemungkinan juga Fithar ingin menjaga staminaku yang masih tersisa untuk besok kembali melanjutkan kembali pencarian.

Sedang didalam lubuk hatiku terdalam ingin rasanya menemani Dewi. Aku meyakini ia tengah sangat ketakutan dengan kesendirian, meski aku sendiri tidak yakin kapan waktunya ia kembali.

Tetapi setelah melihat kondisi dua orang didepanku saat ini yang sangat kepayahan. Ditambah dengan tekanan psikologis karena temannya yang hilang belum bisa ditemukan, membuatku berfikir ulang untuk tidak menambah korban lebih banyak lagi.

Perasaanku berkecamuk antara kembali dan tidak, terbayang Dewi sendirian di tempat yang tidak dikehendakinya dan kami harus tega meninggalkannya sendirian. Di sisi lain Kemala dan Fithar juga harus kupastikan kondisi nya jangan sampai penatnya hingga membuat mereka berdua jatuh sakit. Keputusan yang sangat berat, akhirnya aku harus putuskan untuk kembali ke tenda sesegera mungkin.

Perasaanku terasa hampa. Aku takut tidak lagi bisa melihat Dewi. Saat ia senyum sekadarnya saja akan membuat hatiku berbunga-bunga. Sungguh sesuatu  hal yang sulit kuterima dan aku merasa diperlakukan tidak adil saat ini.

Protesku adalah aku yang selama ini tidak pernah merasakan ketertarikan dengan seorang gadis. Tetapi disaat hatiku ini lagi berbunga-bunga, justru kemudian sesorang yang kusayang tersebut hilang secara tiba-tiba. Tragisnya semuanya terjadi di depan mataku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun