Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Cinta Mati (8. Kejutan Pada Dinihari)

30 Januari 2022   07:06 Diperbarui: 30 Januari 2022   07:08 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari pictsart app

Dewi, awalnya masih bisa kami tandai dari adanya goyangan tanaman semak-semak yang dilaluinya. Tetapi setelah masuk lebih kedalam lagi, kami bertiga seakan masuk kedalam pintu yang kami sendiri tidak bisa menemui jalan keluarnya lagi.

Diakui, penyu adalah sejenis binatang amfibi cerdas yang sangat pandai menghilangkan jejak-jejaknya artinya cara hidupnya bertahan sedemikian rupa. Tetapi dengan situasi semak yang tebal seperti ini kami justru  mulai merasa khawatir karena Dewi masih tidak menampakkan tanda-tanda keberadaannya.

"Dewi!" Teriak Kemala sangat kencang memecah kesunyian. Ia sudah merasa kesal seolah-olah dipermainkan oleh Dewi. Tidak terasa sudah 30 menit kami berputar-putar tanpa arah kemudian kembali lagi ketempat semula sampai beberapa kali.

"Kamu jangan bermain main ditempat yang seperti ini!" Aku berusaha mengingatkan Dewi. Sering sekali orang-orang dikampungku hilang karena kepercayaan dirinya terlalu tinggi dengan alam yang masih sangat alami itu.

"Dewi, gerakkan pohon-pohon didekatmu!" Fithar seperti kelelahan. Ia berteriak beberapa kali dengan kalimat yang sama memecah kesunyian.

Aku dan Fithar tetap berusaha bergerak mencari kesana kemari. Meskipun semak-semak tebal dan sebagian telah mengering itu membuat aku dan kadang Fithar jatuh tersungkur berulangkali ketanah yang banyak duri daun pandan yang tua dan mengering. Tidak terasa lagi semuanya yang penting Dewi dapat kami temui. Ternyata memang, kaki kami tidak cukup kuat menahan sandungan tali temali rerumputan liar kering yang terbentuk secara alami tersebut.Luka-luka gores tidak terelakkan lagi terutama ditangan dan kaki yang membuat kulit terasa sangat perih.

Semesta juga seolah kompak. Suasana terasa sunyi senyap. Suara burung tarah papan juga tak biasanya berhenti bernyanyi. Aku sangat berharap Dewi mengejutkan kami dari balik semak-semak rerumputan tebal yang mengering itu.

Kini sampai saatnya tiada lagi fikiran untuk berburu penyu. Dikepalaku saat ini adalah bagaimana Amarilis Dewi bisa segera kembali bersama kami.

Tiba-tiba bulu kudukku mulai berdiri. Kembali seluruh badanku disergap dingin secara tiba-tiba. Kemudian dingin bercampur panas sekaligus terasa mendera tubuh disaat aroma kuat bunga melati menguar kemana mana. Semerbak tiada tara,  terutama disekitar lokasi bawah bayangan pohon ketapang yang gelap dan suram.Diakibatkan daun-daunnya yang lebar, kemudian bersama dahannya seperti membentuk payung-payung alami yang sangat lebar. Semak tebal dibawahnya terlihat menyeramkan dan menambah perasaan dingin serta mencekam dimalam itu.

Kelelahan yang mendera membuat kami hampir putus asa untuk terus mencari dan mencari. Waktu menunjukkan pukul 00.20 dinihari. Berarti kami sudah lebih dari satu jam berputar-putar tanpa arah dibawah semak yang kuduga kuat berpenghuni mahluk tak kasat mata. Saat ini seharusnya kami harus bergerak kembali ke tenda. Air pasang besar akan segera naik. Dari perhitungan tanggal saat ini, maka pasang air laut akan mencapai level tertinggi. Itu berarti akan menyulitkan perjalanan pulang.

Jika terlambat sedikit saja, jalur perjalanan kami akan bergeser naik kearah daratan. Itu berarti harus menempuh semak belukar liar, sama seperti yang kami rasakan saat ini. Itu artinya perlu tenaga ekstra dan waktu berlipat-lipat, bahkan bisa sampai pagi untuk sampai ke tenda kami jika dibanding dengan menyusuri bibir pantai dan jalur normal sebelumnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun