" Lihat kapal didepan kita, Kapten!" segera kuraih teropong didekatku untuk memastikan sesuatu benda bergerak secara perlahan namun pasti seperti terus mendekat.  Aku bergegas ke haluan kapal tetap dengan sebuah teropong ditanganku. Akan kupastikan kembali bahwa  kapal layar  yang melaju dengan arah berlawanana tersebut adalah kapal dagang biasa yang akan masuk ke pelabuhan penting di wilayah Borneo selatan. Kecepatan kapalnya konstan dan bahkan dapat dikatakan lebih cepat dari yang seperti kubayangkan.
Kupastikan seseorang untuk selalu memberikan informasi kepadaku jika dirasakan ada yang tidak beres dengan gelagat kapal yang arahnya berlawanan itu. Dilangit cuaca sedikit gelap sehingga menghalangi pandangan untuk melihat jelas objek yang sedikit jauh, meskipun menggunakan teropong. Angin mulai berhembus tetapi hujan tidak turun. Dan tiba-tiba. Dihaluan tampak petugas teropong terlihat gugup dan tergopoh gopoh berlari naik keruangan  kemudi untuk memberitahuku berita penting.
"Kapal layar Srinegara, Kapten!" telunjuk tangannya menunjuk-nunjuk ke objek yang terus mendekat dengan gugup. Siapa yang tidak gugup, karena kapal tersebutlah yang telah meluluhlantakkan misi pertama Inggris, sehingga kapal Inggris kembali ke Batavia dengan membawa banyak korban dan kerusakan kapal yang parah.
"Siagaaaa!!!" dengan reflek dan lantang kuteriakkan agar bisa lebih banyak orang yang mendengar. Kemudian semua bergegas kembali ketempatnya masing-masing dan sekaligus memberitahukan kepada yang belum menyadari akan potensi serangan kapal layar Srinegara dari kerajaan Sambas Darussalam.
Aku segera memerintahkan Arthur, agar semua kembali untuk bersiap siaga terutama  petugas meriam dan layar. Semua senjata diminta  disiapkan mulai dari pedang, bedil, dan terutama meriam-meriam telah dalam posisi siaga penuh.
"Semua telah siaga, Kapten" Arthur memberitahuku dengan nafas tersengal.
"Semua dikerjakan dengan sangat cepat dan teliti,"kembali kuingatkan Arthur untuk mempersiapkan segala kemungkinan yang terjadi.
Kain layar dibeberapa titik diturunkan untuk memudahkan manuver-manuer jika terjadi pertempuran. Jarak sepertinya semakin dekat, tetap dengan arah berlawanan, saat ini kira-kira tinggal berjarak 1 km dengan kecepatan Srinegara sepertinya tetap dengan kekuatan dorongan penuh terlihat dari layarnya yang berkibar-kibar. Terlihat orang-orang didalamnya sibuk seperti akan menghadapi badai yang segera akan datang menghadang. Beberapa orang juga seperti berdiri dengan sangat gagah berani tanpa gentar sedikitpun di tiang-tiang kapal layar dengan menenteng senjata api lengkap.
Tidak ada kata berbalik dalam kamusku meskipun hal ini sudah kuperkirakan sebelumnya . Sekali layar terkembang pantang mundur kebelakang. Tidak akan kembali sebelum menang.
Jarak semakin dekat. Tidak lebih dari 500 meter. Sialnya, gelombang sepertinya meningkat seiring hujan yang mengiringi 2 kapal yang berlawanan arah saling mendekat. Â Aku berteriak sekencang-kencangnya untuk menghadapai badai. Badai perang karena Srinegara adalah kapal yang sama dalam mencegat dan membuat misi sebelumnya diserang tanpa ampun.
"Duarr...Duarr...Duarrr...!" terdengar ledakan meriam beberapa kali dari kapal Srinegara. Cuaca yang sedikit gelap membuat letupan meriam yang mengeluarkan bola-bola api dan percikan apinya tampak sangat kentara. Posisi masih tetap yaitu haluan kapal yang saling berhadapan. Kemudian secara otomatis masing-masing kapal layar mengambil posisi berbelok 90 derajat. Salah satu taktik menyerang lawan secara penuh. Manuver yang ditujukan untuk memberikan keleluasaan penuh kepada meriam-meriam yang berada di bagian sisi --sisi badan kapal dapat memuntahkan peluru-pelurunya dengan maksimal. Beberapa pintu jendela meriam yang sebelumnya tertutup rapat seperti tersembul keluar. Diikuti dengan moncong mulut meriam yang serempak ataupun bergantian tersembul dari badan kapal Srinegara untuk segera memuntahkan peluru-peluru dengan target jelas  kapal layar Commando.