Perjalanan panjangku sebagai seorang pelaut telah dimulai dari usia yang sangat belia. Pekerjaan yang dipercayakan mulai dari seorang pembersih dek, pemelihara ternak di kapal, membantu tukang masak, diminta perbaiki layar dan segala macam pekerjaan yang diperlukan selama kapal berlayar. Hingga kemudian perlahan diminta belajar navigasi diruang kemudi, sejak itulah aku perlahan diberikan kepercayaan yang semakin banyak sampai dengan diminta membawa kapal berlayar sesuai keperluan dan misi yang diberikan. Dibawah ini kucoba ingat kembali perjalananku sampai kepada dipercayakan menjadi seorang kapten di sebuah kapal layar.
Dari kejadian-kejadian yang tidak dapat dikendalikan dan ditolak oleh manusia seperti badai topan, yang kapan saja siap untuk membalikkan seluruh isi kapal ke dasar laut. Menurut pengalamanku selama ini, justru akibat ulah manusia itu sendirilah yang mengundang banyak kecelakaan dilaut.
Kejadian terlelapnya nakhoda saat bertugas, yang menyebabkan pergerakan kapal menyimpang dari arah tujuan semula, sehingga waktu perjalanan otomatis akan menjadi lebih lama. Hal yang tentunya akan mengancam persediaan bahan makanan dan air bersih. Mengoreksi arah dilautan akan memakan waktu dan pengorbanan yang besar karena akan menghabiskan banyak logistik kapal atau bahkan resiko musibah menabrak karang yang semuanya berujung kepada terancamnya setiap nyawa yang ada dikapal.
Tertidurnya petugas jaga lambung kapal juga merupakan keteledoran manusia. Disaat air masuk akibat kebocoran tidak terduga, kemungkinan kapal tidak akan tertolong lagi. Dengan melihat beban maksimal Commando saat ini seberat 372 ton, sehingga adanya air dilambung kapal yang tidak diantisipasi, justru akan mempercepat tertariknya kapal ke dasar samudra hanya dalam hitungan dibawah satu jam.
Kemudian banyaknya awak kapal dengan beragam tugas, yang tentunya juga pasti akan membawa tingkah polah dan tabiatnya masing-masing. Tertib menjaga kebersihan dan peralatan yang dipakai bersama akan menjadi fokus setiap kapten kapal. Lingkungan kapal yang kotor mempercepat penyebaran berbagai penyakit yang  sangat membahayakan seluruh penghuni kapal didalamnya.
Saat ini dunia pelayaran terutama di Bristol membutuhan sangat banyak pelaut akibat melonjaknya aktifitas pelayaran. Untuk mencukupi kebutuhan tenaga pelayaran tersebut sering direkrut orang-orang jalanan. Kebiasaan dan watak hidup dijalanan yang bebas kemudian dipaksa menyesuaikan diri dengan keteraturan dan disiplin tentu bukan perkara mudah.Â
Sebaliknya, bukan hal mustahil tempaan selama pelayaran membuat orang-orang jalanan tersebut berubah menjadi pribadi yang sangat berdisiplin. Seleksi alam terjadi. Sang pemenang dan yang terbaik akan selalu muncul dalam setiap pelayaran dan mereka nantinya akan berkarir lebih baik sebagai seorang pelaut yang diperebutkan oleh banyak kapten kapal untuk misi-misi perjalanan berikutnya.
Calon pelaut muda yang direkrut dimagangkan langsung dalam berbagai tujuan dan kepentingan pelayaran.  Mereka dipekerjaan seperti sebagai tukang masak, pemelihara kebersihan, pemelihara  hewan ternak, penjaga air di lambung kapal dan petugas tali temali serta layar yang harus berani bekerja di ketinggian. Sejatinya disanalah juga seleksi seorang kapten kapal bermula.Â
Bertahun-tahun mereka dinilai akan hasil kerjanya, kedisiplinan, kerjasama dengan orang lain, ketaatan atas perintah atasan serta motivasi untuk maju. Â Rekomendasi-rekomendasi akan diberikan kepada pelaut muda terpilih dipelayaran penting lain yang lebih menantang. Dapat disimpulkan apa yang kita usahakan hari ini, akan menentukan nasib kita hari esok.
Tempaan panjang seorang pelaut selama pelayaran sangat menguras energi dan mental. Hal sederhana adalah bagaimana pelaut muda harus beradaptasi untuk bisa menghilangkan mabuk laut. Â Sering sekali pelaut muda tidak bisa menguasai dirinya sendiri karena mabuk laut yang parah. Mereka bahkan ada yang hanya bisa tergeletak terbaring tak berdaya sehingga kencing dicelana merupakan hal biasa saja kujumpai. Mabuk laut yang sangat berat juga akan menyebabkan pelaut muda muntah kuning dimerata tempat, dikarenakan tidak ada lagi isi perut yang bisa dikeluarkan. Sedangkan tubuh mereka memaksa muntah sehingga yang keluar hanya angin serta sari pati usus pencernaan dan lambung berwarna kuning pekat. Terasa hanya getir dan sangat pahit di lidah.