Catatan Perjalanan Sang Kapten (7. Memilih Bahagia)

 

Dari Mayang aku juga mengetahui bahwa, dulu ayah ibunya selalu bersama mengadakan pertunjukan kesenian dari satu tempat ke tempat yang lain. Kebersamaan yang akhirnya membawa mereka kepada perasaan saling suka dan cinta. Kemudian mereka mengikat janji untuk hidup semati sampai ajal menjemput.

 

Kembali aku mengingat awal kedatanganku di Batavia.  Mayang dalah perempuan pribumi pertama yang kujumpai. Awalnya yang kurasakan hanya biasa saja yaitu berinteraksi berjalan seperti layaknya atasan dan bawahan. Mayang telah mengerjakan pekerjaan rumah seluruhnya dengan sangat baik. Pengalamannya bekerja dengan keluarga Belanda sebelumnya membuatku tidak banyak lagi mengajarinya akan pekerjaan standar Eropa. Terutama dalam hal kebersihan, kerapian dan sekaligus makanan Eropa yang akan disajikan.

 

Dan sebenarnya, aku adalah seorang penikmat seni. Seperti Pruistine adalah seorang penari dansa terbaik yang pernah kukenal di Bristol. Kemudian aku jatuh cinta mati kepadanya. Saat ini, tidak berbeda dengan Pruistine, Mayang dengan keterampilan menarinya yang sangat baik telah membuatku sangat kagum. Aku tidak melihatnya sebagai seorang pribumi yang membantu dirumah, tetapi sebagai seorang profesional seni yang dapat memukau banyak orang.

 

Sekali lagi sebagai penikmat seni, aku merasa Mayang adalah salah satu kriteria gadis idamanku. Kesukaan seni dengan bermacam variasinya tidak bisa melepaskan kesukaanku kepada pelakunya. Mayang yang sejak pada pandangan pertama telah membuatku cocok dalam segala hal.

 

Tetapi Mayang tetaplah seorang Mayang. Seseorang yang mempunyai pendirian kuat. Mungkin terlihat olehnya, akhir-akhir ini aku sangat memperhatikannya. Tetapi Mayang seperti tidak peduli dengan segala perhatianku. Apakah ia menyimpan perasaan kepada orang lain yang tidak kuketahui selama ini?