Mohon tunggu...
Jan Bestari
Jan Bestari Mohon Tunggu... Lainnya - Merayakan setiap langkah perjalanan

Refleksi kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Catatan Perjalanan Sang Kapten (1. Surat Sihir)

25 Januari 2022   13:39 Diperbarui: 29 Januari 2022   22:32 374
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi diolah pribadi dari picsart app

Bersamaan dengan kedatangan surat itu, Pruistine tidak bisa menghilangkan gurat kesedihannya akhir-akhir ini karena tidak bisa menghentikanku keinginanku untuk pergi berlayar ke Hindia Belanda. Sehingga ia sering tampak tidak bahagia.

 “Kembalikan suratnya sayang!” kataku kepada istriku dengan lembut. Seorang perempuan  yang telah mendampingiku hampir dua puluh tahun terakhir itu, yang saat ini duduk termangu didepanku.

“Kembalilah beristirahat, Pruistine!” sekarang aku memintanya agar ia tidak menemaniku minum teh disore yang dingin, dan mengharap ia kembali saja dikamar karena akan sedikit menghangatkan tubuhnya. Akhir-akhir ini ia juga tampak sering panas tinggi secara tiba-tiba yang tidak kuketahui sebab musababnya meski telah dibawa ke dokter. Cukuplah bagiku saat ini ditemani oleh sebatang rokok agar imajinasiku tentang Hindia Belanda terbang bersama asap-asapnya yang kuhembuskan perlahan.

Perasaan kembali lega disaat surat sudah berada kembali dalam genggamanku. Sebuah benda yang telah membuatku selama ini tidak bisa berkonsentrasi karena obsesi-obsesi yang selalu membayang dikepalaku akan suatu tempat di Hindia Belanda.

Menurutku beruntunglah  surat itu akhirnya juga sampai di Bristol, kota pelabuhan tersibuk setelah London. Kota yang kemajuannya ditentukan oleh perdagangan lintas samudra dan seiring sejalan dengan kekuatan angkatan laut Inggris  yang sangat disegani. Sebuah kota yang juga sangat sibuk sebagai pusat industri kapal layar yang banyak dipesan dari seluruh dunia terutama Eropa dan Amerika.

Bristol sebuah kota pelabuhan dimana tampak kapal-kapal sibuk berlayar disepanjang aliran sungainya yang lebar dan dalam, bahkan sampai melewati jantung kota. Bukit Brandon yang berada diutara pelabuhan utama tampak menjulang tinggi seperti mata elang yang siap mengawasi dan bersaksi atas apa saja yang terjadi di pusat kota. Kota pelabuhan yang biasanya akan selalu menjadi saksi perpisahan dan pertemuanku kembali dengan Pruistine dalam setiap misi pelayaranku. Entahlah misi berikutnya ini?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun