Kala itu, aku dan kamu bertemu tanpa sengaja. Kita tak pernah menerka jika, suatu saat kita akan sangat dekat.
Seperti, saat itu kamu membantu ku untuk bangkit kembali. Aku, manusia payah yang hanya suka mengeluh dan selalu ingin menyerah. Dan saat itu, kamu datang dengan senyuman dan tatapan tulus seolah-olah percaya aku bisa "kamu ga perlu takut untuk memulai, jangan pikirkan respon mereka. Fokus dengan apa yang kamu kerjakan, lagi pula memangnya mereka tau apa tentang kamu?kan itu hidup kamu, bukan hidup mereka" Ucap nya saat itu.
Aku tersenyum, saat mengingat perkataan itu. Bisa-bisanya ada manusia yang percaya pada ku. Sedangkan, aku pun tidak percaya pada diri ku sendiri. Tuhan, kau memang maha baik.
Waktu berjalan terlalu cepat untuk aku yang lambat. Mengejar mereka yang sudah terlampau jauh, dengan usaha yang seadanya berkat perkataan manusia-manusia baik disisi ku, terutama kamu. Hal itu, menjadi alasanku untuk tetap bertahan dan berusaha meskipun tertatih-tatih.
Melanjutkan hidup dengan banyak harapan, yang mungkin saat ini sudah ku ubah dari harapan besar menjadi kecil-kecil ahahaha untuk mengantisipasi rasa kecewa aja, belajar dari sebelumnya.
Harapan dan cita-cita ku itu banyak sekali, tapi kecil-kecilan aja. Seperti, "cita-cita ku besok mau makan risol" Atau besoknya lagi "besok aku mau minum alpukat kocok". Kadang, hal-hal kecil bisa membuat kita bertahan, kalau hidup lurus tanpa hambatan mungkin juga terasa membosankan.
Jatuh cinta? awal yang membahagiakan, secara tiba-tiba aku ingin membahas perihal jatuh cinta meskipun aku belum pernah menerka bagaimana akhirnya. Jatuh cinta bagiku itu lebih banyak luka nya dibandingkan bahagianya, mungkin berbeda dengan mereka.
Kisah ku masih tertinggal di masa lalu, tapi aku rasa ini sudah terlalu jauh, aku juga ingin sembuh. Aku juga ingin pulih, aku juga ingin bahagia, seperti saat aku melihatnya dengan dia.
Memulai kisah baru, entahlah aku masih lelah. Tapi mungkin saja, aku sedang jatuh cinta? Kalau aku bilang aku trauma mungkin terlalu tragis. Karena dari kisah itu, memang salah ku yang berharap terlalu jauh kepadanya.
Dia larinya terlalu cepat, dia sudah berlabuh. Sementara aku? Masih berlayar belum punya tujuan. Tuan Khasa, aku tak pernah benci pada mu, sungguh.