Mohon tunggu...
edi dimyati
edi dimyati Mohon Tunggu... Wiraswasta - Mengayuh dengan Hati, Menghadirkan Buku, Mengabarkan Informasi

Bertualang telah menjadi aktivitas favoritnya.Invasi ke gedung tua, menyambangi museum, membelah hutan, menyusup gua, mengarungi lautan, belajar budaya dan bercengkrama dengan denyut aktivitas penduduk desa adalah rangkaian perjalanan yang mengasyikan. Dari sana, biasanya akan banyak menemukan keajaiban baru yang tak pernah diduga. Aktivitas: mengelola perpustakaan masyarakat 'Kampung Buku' di Cibubur, dan membina klub Yoyo bernama YOMA (Yoyo Mania) - Cibubur. Karya Buku : - Panduan Sang Petualang : 47 Museum Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - Panduan Sang Petualang : Wisata Kota Tua Jakarta. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2010 - YOYO. Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2011 - Yuk, Bertualang ke Museum Jakarta, Penerbit: Grasindo, 2011 - Wisata Pesisir Ciamis Selatan, Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, 2012 . Youtube : KARGO BACA IG : kargobaca Web : www.kargobaca.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Pelang Kenidai, Simbol Persatuan di Tanah Besemah

28 Agustus 2021   06:29 Diperbarui: 4 September 2021   17:33 2044
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti rekomendasi yang akan ditawarkan adalah Lemang. Namanya unik, pun dalam penyajiannya. Makanan khas yang satu ini sungguh digemari banya orang karena rasanya terkenal enak. Dibuat dengan menggunakan bahan beras ketan yang diramu dengan santan kelapa dan diberi garam secukupnya. Setelah dilapisi oleh daun pisang, Lemang mesti dimasukan ke dalam bambu.

Bambu-bambu berisi beras ketan itu dibakar dalam posisi miring. Ketika bambu-bambu sudah terlihat hitam terbakar dari luar artinya Lemang sudah masak. Saat itu bambu dibelah dan lemang siap dihidangkan untuk disantap. Selain Lemang, masih banyak lagi kuliner khas Pagar Alam yang wajib dicoba. Beberapa diantaranya ada Ikan Masak Kuning, Paisan Ikan, Ghegancang, Pindang, Nasi Ibat, Kelicuk, Ikan Ghuas dan Gulai Sengkuang.

Lengkap sudah kematangan masyarakat di paguyuban lokal yang tercermin oleh sikap dan cara pandang warganya yang kondusif mengembangkan potensi dusunnya.

Semuanya sedang disuguhkan oleh desa tua yang melegenda ini. Kini, Pelang Kenidai telah menjelma menjadi surga wisata sejarah prioritas buat mereka yang ingin mengetahui betapa rancaknya kearifan lokal di Pagar Alam.

Untuk mempertahankannya, pihak pemerintah bersama komunitas anak-anak muda satempat acapkali menyelenggarakan Festival Pelang Kenidai.

Tujuannya adalah untuk melestarikan budaya Besemah dan memperkenalkan kepada dunia perihal nilai-nilai adat yang masih melekat di sana. Rangkaian acara festival biasanya digelar pada akhir tahun dengan memamerkan karya-karya seni khas mereka.

Lainnya, mengadakan tur budaya dengan berkeliling desa sambil melihat penampilan tarian dan bagaimana warga setempat mengolah makanan tradisionalnya.

Namun, semenjak pagebluk menggebuk negeri kita, festival Pelang Kenidai mesti tertunda. Mudah-mudahan setelah lewat masa pandemi, festival tingkat nasional yang dinanti ini bisa dilangsungkan kembali.

Esoknya, setelah hati tentram berkeliling desa Pelang Kenidai, jangan lupa lanjutkan juga wisata ke tempat situs - situs bersejarah di Kota PagarAlam, Sumatera Selatan. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun