#MenjauhUntukMenjaga
Hanya melihat tanpa menyapa, hanya memandang tanpa berdekatan.
------
Pagi ini langit berawan dan turun hujan. Tidak begitu deras, tetapi tidak juga gerimis. Riuh air yang menghempas aspal terdengar rapat sambil sesekali diselingi bunyi cipratan air dihentak kaki orang berlari lalu-lalang ingin cepat sampai di rumah karena takut basah.
Perempuan berhijab itu semakin merapatkan jaketnya yang cukup tebal, dingin. Sebuah payung warna hitam menutupi sebagian tubuhnya yang terkena percikan air hujan.
Ketika hujan turun dari subuh tadi ia berniat bermandi hujan, tapi niatnya ia urungkan ketika sebuah pesan masuk dari handphone nya bahwa mata kuliah di hari Kamis di majukan menjadi hari ini. Menyebalkan.
Jam di Arlojinya sudah menunjukan pukul delapan pagi, sedangkan mata kuliah di jam pertama akan di mulai sepuluh menit lagi. Dengan santainya perempuan itu masih berjalan sesekali tangannya ia tadahkan ke atas untuk menikmati setiap tetesan air hujan yang membasahi tangannya.
Adiva namanya, mahasiswi semester enam yang sedang menjalani kuliahnya di Ibu Kota.
Adiva si Perempuan Hujan. Mereka menyebutkan demikian. Karena ia seorang perempuan. Karena ia menyukai hujan. Di saat teman-temannya tak menyukai hujan, ia adalah satu-satunya yang sangat antusias ketika hujan turun.
***
Adiva terpaku terdiam saat tak sengaja arah pandangan matanya bertemu dengan sesosok laki-laki itu, dengan cepat ia mengalihkan pandangannya lalu berucap istigfar. Ia tak mau berlarut dalam kemaksiatan yang semakin hatinya terjerumus kedalam lubang cinta yang salah.